Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Cara Pendukung Anies-Sandi Membodohi Pembaca Kompasiana

14 April 2017   09:34 Diperbarui: 14 April 2017   18:00 2014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Tanggapan terhadap artikel: “Seluruh Media Sepakat Anies Sandi Menang”)

Ketika menjadi Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK, di Pilpres 2014,  Anies Baswedan  pernah menyatakan bahwa sikap, perilaku, dan cara berpikir pendukung pasangan calon (paslon) mewakili sifat yang didukung.

Setiap orang, katanya,  memiliki beban moral dalam mendukung salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Sebab, segala perilaku akan menunjukkan sifat dan gaya bekerja calon yang didukungnya.

Di masa Pilpres 2014, dalam statusnya sebagai Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK itu pula, Anies pernah mengecam saingan Jokowi ketika itu, Prabowo Subianto sebagai orang yang tidak layak menjadi pimpinan (presiden) karena sikapnya yang tidak jelas, bergaya seolah-olah pro-heterogenitas dan pro-pluralisme, ternyata demi bisa menjadi presiden, justru merangkul ormas-ormas ekstremis seperti FPI.

Kini, di Pilgub DKI 2017, pernyataan Anies  itu benar-benar terimplementasi pada dirinya sendiri secara total.

Setelah demi menjadi gubernur dia berbalik mendukung dan memuja Prabowo Subianto, maka apa yang dialakukan pun persis dengan apa yang pernah dia kecam pada Prabowo, yaitu, demi bisa menjadi gubernur dia yang tadinya, katanya, pro-heterogentias dan pro-pluralisme, merangkul, bahkan memuja ormas-ormas ekstremis, terutama FPI.

Jika konsisten pada kecamannya pada Prabowo di tahun 2014 itu, yakni, menurutnya, karena memiliki perilaku seperti itu, Prabowo tak layak menjadi presiden,  maka sebenarnya, Anies juga tidak layak menjadi pimpinan gubernur DKI Jakarta.

Tetapi, demi bisa menjadi gubernur, Anies pun mengabaikan pernyataannya itu sendiri, dan bahkan demi bisa menjadi gubernur, ia tega mengumbarkan jani-janji kosongnya yang nyaris mustahil bisa dilakukan, tetapi yang penting bisa membuat warga Jakarta terpukau, sehingga memilihnya, seperti program pembelian rumah oleh warga DKI dengan DP nol Rupiah.

Pihak otoritas keuangan yang berwenang langsung mengenai aturannya, Gubernur Bank Indonesia sudah mengatakan hal itu tidak bisa dilakukan karena melanggar peraturan, demikian juga pihak bank, dan juga pelaku bisnis properti mengatakan hal yang sama; sulit diwujudkan karena berisiko tinggi dari segi finasial,  tetapi anehnya, Anies dan Sandiaga tetap ngotot mengedepankan terus program unggulannya itu.

Mungkin karena sudah terlanjur berbohong dan membodohi, ya, diteruskan saja, urusan pelaksanaannya, ya, bagaimanan nanti saja, buktinya program itu beberapa kali mereka modifikasi disesuaikan dengan kritik-kritik yang ada.

Di acara debat final Pilgub DKI Jakarta, 12 April lalu, ketika diminta ketegasannya mengenai program tersebut oleh Ahok: Apakah untuk rumah tapak, ataukah rumah susun, dan berapa sebenarnya penghasilan minimal warga yang harus dipenuhi untuk mengikuti program tersebut, Anies tidak bisa menjawabnya.  Penjelasannya ngalor-ngidul, menyimpang dari pertanyaan.

Perilaku pendukung, cara mengkampanyekan yang didukungnya, seperti yang pernah dikatakan Anies, juga mencerminkan perilaku dari yang didukungnya itu, tercermin pula di Kompasiana. Salah satunya, pada kompasianer yang menamakan dirinya: “Sibodoh pengetahuan”, dengan artikel-artikelnya yang di Kompasiana, yaitu dalam hal bodoh-membodohi masyarakat, khususnya pembaca Kompasiana.

Salah satu contohnya adalah di artikel terbarunya, yang berjudul: “Seluruh Media Sepakat Anies-Sandi Menang”.

Dengan mengutip beberapa hasil polling beberapa media di media sosial Twitter, yang semuanya menghasilkan angka dukungan untuk Anies-Sandi, Sibodoh mengambil kesimpulan bahwa semua media sepakat Anies-Sandi menang, dengan demikian dapat dipastikan warga Jakarta akan memilih Anies-Sandi, karena mereka butuh pimpinan baru.

Dia menulis kesimpulannya itu sebagai berikut:

Dari hasil seluruh polling yang dilakukan oleh media diatas maka dapat dipastikan bahwa warga Jakarta butuh pemimpin baru. Warga Jakarta menginginkan perubahan untuk Kota Jakarta. Perubahan yang mendasar diawali dengan pergantian gubernur sebagai pengambil kebijakan. Warga Jakarta sudah jengah dengan gubernur saat ini dan menginginkan gubernur baru. Gubernur yang memperhatikan warganya, bukan hanya kotanya. Jakarta yang berkeadilan sosial, Jakarta yang Maju Kotanya, Bahagia warganya SalamBersama.”

Dasar pengambilan kesimpulannya itu jelas kacau-balau, dan sangat tidak valid.

Bagaimana bisa dari hasil polling di Twitter itu, Sibodoh menyimpulkan seluruh media sepakat Anies-Sandi menang, padahal jelas-jelas semua media itu hanya pelaksana polling, bukan responden polling itu sendiri.

Sedangkan polling di Twitter pun sangat tidak bisa mewakili suara warga DKI Jakarta, karena mereka adalah netizen yang bisa dari warga mana saja, yang bukan warga DKI Jakarta, sehingga hasil polling itu tidak bisa dijadikan patokan.

Boleh dikatakan polling yang dilakukan oleh media-media yang disebutkan itu, di Twitter, hanyalah “iseng-iseng” saja untuk mengetahui bagaimana pendapat netizen terhadap kedua paslon di acara debat itu. Hasilnya pun tidak bisa disimpulkan secara begitu gampang sebagai mewakili hasil Pilgub DKI nanti.

Hasil survei “iseng-iseng” di Twitter oleh Kompas TV pun sangat berbeda dengan hasil survei serius dan valid yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei resmi, di antaranya oleh Litbang Kompas.

Sebagaimana dilaporkan Kompas.com, survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas itu dilakuan dengan menggunakan metode wawancara melalui telepon pada saat debat berlangsung, 12 April 2017, dengan 167 responden yang dipilih secara acak proposional berdasarkan wilayah se-DKI Jakarta.

Responden merupakan mereka yang memiliki hak pilih pada Pilkada DKI Jakarta. Responden berdomisili di Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan.

Tingkat kepercayaan pada metode ini sebesar 95 persen, nirpencuplikan penelitian ± 7,55 persen, dengan kesalahan di luar pencuplikan dimungkinkan terjadi.

Hasil survei Litbang Kompas itu menunjukkan, dari skala 1 hingga 10, Ahok- Djarot mendapat 7,72 terkait penguasaan masalah, sedangkan Anies-Sandi mendapat 6,90.

Tentang program kerja, Ahok- Djarot mendapat 8,04 dan Anies-Sandi mendapat 6,71. Dari segi cara berkomunikasi, Ahok- Djarot mendapat 7,63 dan Anies-Sandi 7,26.

Secara umum, Ahok- Djarot mendapat 8,13 dan Anies-Sandi mendapat 7,27.

Sebanyak 10,18 persen responden adalah warga yang masih mungkin mengubah pilihannya seusai menyaksikan debat pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Kemudian 5,99 persen responden ragu-ragu, 80,84 persen responden menyatakan tak akan mengubah pilihannya, sedangkan 2,99 persen responden tidak menjawab atau rahasia.

(Kompas.com)
(Kompas.com)
Demikian dari hasil survei Litbang Kompas yang merupakan salah satu lembaga survei yang paling dapat dipercaya.

Sementara itu, ada juga lembaga survei pesanan kubu paslon tertentu, yang kredibilitasnya meragukan, dan memang pantas diragukan, menghasil hasil survei yang bertolak belakang dengan kenyataan, sehingga hasilnya pun berbeda jauh dengan hasil Pilgub DKI putaran pertama.

Seperti, ada hasil survei yang menyatakan paslon nomor urut satu: Agus-Sylvi unggul, sedangkan Ahok-Djarot hanya mendapat elektabilitas 10 persen.

Hasil survei LSI yang menunjukkan elektabilitas Ahok-Djarot hanya 10,6 persen, bertolak belakang dengan hasil pilgub DKI putaran pertama (Kompas.com)
Hasil survei LSI yang menunjukkan elektabilitas Ahok-Djarot hanya 10,6 persen, bertolak belakang dengan hasil pilgub DKI putaran pertama (Kompas.com)
Faktanya, hasil Pilgub DKI putaran pertama justru dimenangkan Ahok-Djarot, tetapi karena tidak mencapai minimal 50 % + 1, harus dilakukan Pilgub putaran kedua, yang akan dilaksanakan pada 19 April 2017 itu.

Pesan Ahok kepada Anies-Sandi, layak juga disampaikan di Kompasiana, janganlah demi mau memenangkan yang didukung, para pendukungnya di Kompasiana ikut-ikut melakukan pembohongan. *****

Artikel terkait:

Karakter Asli Anies Semakin Kelihatan?

Perilaku Pendukung, Menunjukkan Perilaku Anies-Sandi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun