Mohon tunggu...
Garinps
Garinps Mohon Tunggu... Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Pembelajar sejati yang haus akan ilmu di bidang Lingkungan, Kesehatan, IPTEK, Internet, dan Seni.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perjalanan Menuju Harga Diri yang Utuh: Mengatasi Luka Batin

30 April 2025   21:43 Diperbarui: 30 April 2025   21:43 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luka emosional dapat tersembunyi di balik ekspresi tenang seseorang. (Foto: Louis Galvez / Unsplash)

Dalam setiap diri manusia, ada suara halus yang sering muncul sejak masa kanak-kanak. Awalnya, suara itu hanya bisikan samar: "Kamu tidak cukup baik. Kamu tidak layak." Namun, seiring waktu, bisikan itu berubah menjadi keyakinan yang mengakar, membentuk cara seseorang memandang dirinya sendiri. Seperti tetesan air yang perlahan mengikis batu, kata-kata itu meninggalkan luka emosional, lalu mengkristal menjadi pola pikir yang melemahkan harga diri. Tanpa disadari, pikiran bisa menjadi penghalang terbesar dalam menjalani hidup yang bermakna. 

Akar Masalah: Luka Emosional yang Tersembunyi

Setiap individu dibentuk oleh pengalaman yang dialaminya. Bisa jadi itu berasal dari ucapan tanpa sadar dari orang tua: "Mengapa kamu tidak bisa seperti saudaramu?" atau dari candaan teman sebaya yang meninggalkan luka: "Kamu terlalu pendiam," atau "Kamu berubah, ya."

Ucapan-ucapan ini, meski tampak sepele, bisa terakumulasi dan menciptakan keyakinan negatif---bahwa kita tidak cukup cerdas, tidak menarik, atau tidak layak diterima. Luka-luka semacam ini tak terlihat secara fisik, tetapi dampaknya sangat nyata. Mereka membentuk cara kita berhubungan dengan dunia---dan sering kali membuat kita mengorbankan kebutuhan diri demi memenuhi ekspektasi orang lain, karena merasa bahwa diri sendiri tidak sepenting orang lain.

Siklus Pengabaian Diri: Perangkap yang Tak Disadari

Siklus pengabaian diri sering kali dimulai tanpa disadari. Kita terbiasa menunda kebutuhan pribadi demi menjaga harmoni atau menghindari konflik. Frasa seperti, "Tidak apa-apa, saya saja yang mengalah," menjadi kebiasaan, meskipun dalam hati ada rasa tidak nyaman. Ini bukan kemurahan hati, melainkan ketidakmampuan mengenali harga diri.

Siklus ini menciptakan kerentanan yang menarik hubungan tidak seimbang. Orang dengan harga diri rendah cenderung menjadi sasaran mereka yang manipulatif. Hubungan semacam ini bisa dimulai dengan sikap ramah atau perhatian yang tampak tulus, tapi lama-kelamaan, muncul pola yang melelahkan dan meragukan diri sendiri.

Mengenali Tanda-Tanda Hubungan Tidak Sehat

Untuk keluar dari siklus tersebut, penting untuk mengenali sinyal hubungan yang merugikan. Beberapa pertanyaan reflektif dapat membantu:

  • Apakah interaksi dengan seseorang membuat Anda merasa lelah secara emosional?

  • Apakah candaan atau komentar mereka sering membuat Anda tidak nyaman?

  • Apakah dukungan mereka terasa seperti ada syarat tersembunyi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun