Pendahuluan: Mengapa Ada Orang yang Selalu Berbohong? Â
Bayangkan Anda sedang berbicara dengan seseorang yang selalu menceritakan kisah-kisah fantastis, namun setelah ditelusuri, ternyata semuanya hanya kebohongan belaka. Atau mungkin, Anda pernah bertemu dengan individu yang tampaknya tidak merasa bersalah atau canggung meskipun telah tertangkap basah berbohong berkali-kali. Jika Anda pernah mengalami situasi seperti ini, bisa jadi orang tersebut memiliki kondisi psikologis yang disebut mitomani .Â
Mitomani, atau pseudologia fantastica , adalah sebuah fenomena psikologis di mana seseorang memiliki kecenderungan untuk berbohong secara berlebihan dan tanpa kendali. Kebohongan-kebohongan ini sering kali tidak memiliki alasan yang jelas, bahkan terkadang malah merugikan diri sendiri. Namun, apa yang sebenarnya terjadi dalam pikiran mereka? Dan bagaimana dampak dari tindakan ini terhadap masyarakat?Â
Apa Itu Mitomani? Â
Secara psikologis, mitomani didefinisikan sebagai kecenderungan patologis untuk berbohong secara berlebihan dan tidak terkendali (American Psychiatric Association, 2013). Kondisi ini sering dikaitkan dengan gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian antisosial atau narsistik. Orang dengan mitomani biasanya tidak merasa bersalah atau malu atas kebohongan yang mereka buat, bahkan terkadang mereka benar-benar percaya bahwa cerita-cerita palsu itu nyata.Â
Namun, penting untuk dicatat bahwa mitomani bukan sekadar kebiasaan buruk. Kondisi ini sering kali merupakan gejala dari masalah psikologis yang lebih dalam, seperti trauma masa lalu, kesulitan mengatur emosi, atau bahkan gangguan mental lainnya.Â
Faktor-Faktor yang Memicu Mitomani Â
Menurut penelitian, ada beberapa faktor utama yang dapat memicu perkembangan mitomani:Â
Gangguan Regulasi Emosi :
Seseorang dengan mitomani sering kali mengalami kesulitan dalam mengatur emosi mereka. Akibatnya, mereka menggunakan kebohongan sebagai cara untuk melarikan diri dari perasaan tidak nyaman atau stres (Gross & Thompson, 2007).ÂKurangnya Empati :
Orang dengan mitomani cenderung kurang peka terhadap perasaan orang lain. Mereka tidak merasa bersalah ketika menyakiti orang lain melalui kebohongan, karena mereka tidak sepenuhnya memahami dampak dari tindakan mereka (Decety & Jackson, 2004).ÂPengalaman Traumatis :
Pengalaman traumatis di masa lalu, seperti pelecehan atau kekerasan, dapat memicu perkembangan mitomani. Dalam kasus ini, kebohongan digunakan sebagai mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari rasa sakit atau bahaya (Briere & Scott, 2015).Â
Dampak Mitomani pada Masyarakat Â
Tidak hanya memengaruhi individu yang mengalaminya, mitomani juga dapat memiliki dampak signifikan pada masyarakat. Misalnya, ketika seorang pejabat publik atau figur terkenal menyebarkan hoaks atau kebohongan untuk melindungi diri dari tindakan kriminal atau mempertahankan rencana besar mereka, hal ini dapat menciptakan ketidakpercayaan publik dan merusak stabilitas sosial.Â
Kebohongan yang disebarkan oleh figur publik dapat memperburuk polarisasi sosial, meningkatkan konflik, dan bahkan memicu kerusuhan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami akar penyebab mitomani dan bagaimana cara mengatasinya.Â