Apa yang Bisa Dipelajari dari Era Sri Mulyani?
Dari warisan Sri Mulyani, kita bisa menarik pelajaran penting:
- Stabilitas makro adalah syarat perlu, tapi bukan syarat cukup. Tanpa stabilitas, semua bisa hancur. Tapi hanya dengan stabilitas tanpa kesejahteraan nyata, rakyat tetap gelisah.
- Reformasi pajak butuh keadilan. Perluasan basis pajak penting, tetapi harus diimbangi dengan transparansi penggunaan dan pelayanan publik yang membaik.
- Komunikasi dengan rakyat sama pentingnya dengan komunikasi dengan investor. Sri Mulyani sangat piawai meyakinkan pasar, tetapi tidak selalu berhasil meyakinkan rakyat bawah.
Harapan terhadap Purbaya
Sebagai Menteri Keuangan baru, Purbaya dihadapkan pada dilema yang sama. Jika ia terlalu menekankan kepentingan rakyat tanpa memperhatikan fiskal, risiko krisis bisa muncul. Sebaliknya, jika ia hanya fokus pada angka-angka makro, jeritan rakyat bisa semakin keras.
Sukses Purbaya akan diukur dari kemampuannya menyeimbangkan dua dunia ini: dunia tabel makroekonomi dan dunia keseharian rakyat kecil. Ia perlu memastikan bahwa disiplin fiskal tidak lagi dirasakan sebagai cekikan, melainkan sebagai dasar bagi pertumbuhan yang adil.
Menuju Ukuran Sukses yang Sejati
Apa ukuran sukses yang sejati bagi seorang Menteri Keuangan RI?
- Stabilitas tetap terjaga --- inflasi rendah, defisit terkendali.
- Pertumbuhan berkualitas --- bukan sekadar angka 5 persen, tapi menciptakan lapangan kerja formal yang layak.
- Pajak adil --- bukan hanya memperluas penerimaan, tapi juga meringankan beban kelas bawah dan menengah.
- Daya beli meningkat --- harga pangan, energi, dan pendidikan harus selaras dengan pendapatan rakyat.
- Kesenjangan berkurang --- Gini ratio membaik, distribusi kesejahteraan lebih merata.
- Masa depan terjaga --- ekonomi tidak hanya aman hari ini, tetapi juga berkelanjutan untuk anak cucu.
Ukuran inilah yang bisa kita sebut sebagai sukses sejati: kombinasi antara kepentingan global, kepentingan rakyat kini, dan kepentingan generasi mendatang.
Peralihan dari Sri Mulyani ke Purbaya bukan sekadar pergantian figur teknokrat. Ia adalah momen refleksi: bagaimana seharusnya kita menilai kinerja seorang Menteri Keuangan?
Sri Mulyani memberi pelajaran bahwa stabilitas makro adalah fondasi, tetapi rakyat butuh lebih dari sekadar angka yang indah di laporan lembaga asing. Kini, Purbaya dihadapkan pada ujian untuk menunjukkan apakah ia mampu membumikan kebijakan fiskal agar lebih berpihak pada rakyat, tanpa kehilangan kredibilitas di mata pasar global.
Sukses yang sejati bukanlah penghargaan dari luar negeri, bukan pula sekadar pertumbuhan lima persen yang stagnan. Sukses sejati adalah ketika rakyat kecil merasa hidupnya lebih lega, lapangan kerja tersedia, harga terjangkau, dan generasi mendatang masih punya harapan.