Mohon tunggu...
Amakusa Shiro
Amakusa Shiro Mohon Tunggu... Engineer -

A masterless Samurai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mati Ketawa ala Jepang

2 Agustus 2017   15:24 Diperbarui: 14 Agustus 2017   05:57 2930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pikotaro yang sempat hits dengan PPAP nya juga merupakan pelawak yang perform sendirian (dok.pribadi)

Humor di Jepang mempunyai sejarah yang cukup panjang. Di dalam kojiki  (buku sejarah tertua di Jepang) sudah ada tulisan yang memasukkan unsur humor. Di era Nara (tahun 710 s/d 794) ada beberapa humor dengan cara meniru gerak-gerik orang, perpaduan tarian dan akrobat, sulap dan lainnya yang disebut sangaku  , yang merupakan kebudayaan impor yang masuk dari Tiongkok. Lalu sangaku  ini kemudian bertransformasi menjadi sarugaku, dan beberapa esensi dari sarugaku  ini kemudian diambil dan digunakan di seni yang sekarang kita bisa nikmati dalam pertunjukan Noh, Kabuki  maupun Kyogen.

Tarian matsuribayashi dengan gerakan yang jenaka (dok.pribadi)
Tarian matsuribayashi dengan gerakan yang jenaka (dok.pribadi)
Kemudian di abad 16/17 mulai bermunculan buku-buku yang berisi humor. Buku-buku ini ada sebagian yang disimpan di kuil sehingga ada pula yang digunakan sebagai bahan untuk khotbah.  Kemudian dari sini, muncul orang2 yang menceritakan humor ini secara lisan kepada pendengarnya yang kemudian disebut Rakugo. 

Rakugo dalam bahasa Inggrisnya sering juga disebut sit-down comedy, sebagai lawan dari stand-up comedy.  Karena rakugo  menuturkan cerita yang berisi humor sambil duduk.

Saya juga kurang tahu apakah stand-up comedy  ini mengambil ide atau merupakan bentuk transformasi dari rakugo. Yang pasti, kalau melihat dari sejarahnya, memang rakugo  sudah berkembang jauh sebelum ada stand-up comedy. Stand-up comedy  sendiri baru populer pada abad 18 di Inggris, yang kemudian masuk dan meluas di Amerika pada akhir abad ke 19.

Rakugo  di Jepang ada dua versi yaitu Kamigata Rakugo  yang berkembang di daerah barat Jepang khususnya Oosaka, dan Edo Rakugo  yang berkembang di daerah Tokyo dan sekitarnya. Di antara kedua rakugo  ini tidak ada perbedaan yang mencolok. 

Mungkin perbedaan yang bisa terlihat adalah, karena perbedaan perilaku masyarakat diantara dua daerah ini, ada perbedaan dalam cara pertunjukannya. Kamigata Rakugo  umumnya memakai kendai  (meja kecil) dalam pertunjukannya, sedangkan Edo Rakugo  tidak memakai kendai.


Perbedaan ini disebabkan dahulu kala, waktu orang mempertontonkan rakugo  di daerah Oosaka, umumnya disajikan diluar. Sehingga penutur kadang memukulkan kayu kecil ke meja ini untuk menarik perhatian orang yang berlalu lalang. Sedangkan edo rakugo  umumnya disajikan di dalam ruangan dan dalam kelompok kecil, jadi tidak diperlukan suatu gerakan untuk menarik perhatian pemirsa.

Gedung tempat pertunjukan Rakugo oleh Yanagiya Kosanji yang telah diangkat sbg National Living Treasure (dok.pribadi)
Gedung tempat pertunjukan Rakugo oleh Yanagiya Kosanji yang telah diangkat sbg National Living Treasure (dok.pribadi)
Selain rakugo, ada pula manzai  yaitu biasanya 2 orang yang akan berbicara satu sama lain tentang berbagai macam topik dan menyajikannya secara jenaka. Walaupun umumnya tidak ada alat (seperti meja dan hiasan lain) yang digunakan dalam pertunjukannya, ada juga grup manzai  yang membawa alat musik sebagai penunjang pertunjukan.

Manzai dulunya adalah pertunjukan dengan menyanyikan puja puji syukur untuk perayaan tahun baru dengan harapan agar bisa panjang umur dan keluarga bisa sejahtera. Lha, terus apa hubungannya (atau gimana ceritanya) sejahtera dengan manzai  yang mengandung humor ?

Di Jepang ada peribahasa yang berbunyi "warau kado ni wa fuku kitaru".  Artinya kira-kira, di dalam keluarga (kadoini bisa diartikan keluarga), jika selalu memikirkan hal-hal yang positif, selalu ceria dan ada tawa (warau=tertawa) , maka hal-hal baik ( fuku=keberuntungan, kesejahteraan) akan datang. 

Jadi  keceriaan (tertawa) adalah sesuatu yang sangat bagus untuk awal dari pergantian tahun.  Dan memang sudah terbukti bahwa tertawa (ceria) itu amat sangat baik bagi kesehatan jiwa dan raga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun