Di sisi lain, ARWU cenderung lebih fokus pada keluaran penelitian yang terukur, seperti jumlah peraih penghargaan Nobel atau Fields Medal dari alumni dan staf, serta publikasi di jurnal-jurnal prestisius seperti Nature dan Science.
Meskipun tujuan utamanya adalah memberikan gambaran obyektif tentang kualitas institusi, pendekatan kuantitatif ini memiliki sejumlah batasan yang signifikan.Â
Indikator seperti jumlah publikasi, misalnya, seringkali tidak mampu menangkap kualitas substansial atau dampak riil dari penelitian tersebut, melainkan hanya berfokus pada kuantitas.Â
Demikian pula, reputasi, meskipun penting dalam dunia akademik, bisa menjadi subyektif dan rentan terhadap bias historis atau geografis, serta kurang merepresentasikan dinamika perkembangan terkini.Â
Lebih jauh lagi, aspek-aspek krusial dalam ekosistem pendidikan tinggi, seperti kualitas pengajaran di kelas, inovasi dalam kurikulum, dukungan psikologis dan karir bagi mahasiswa, atau dampak sosial dan ekonomi universitas terhadap komunitas lokal dan regional, seringkali sulit diukur secara kuantitatif atau bahkan kurang terwakili dalam metodologi pemeringkatan yang ada.
Implikasi dari fokus yang sempit ini sangat terasa. Perguruan tinggi mungkin akan cenderung mengorientasikan strategi dan alokasi sumber daya mereka untuk memenuhi kriteria pemeringkatan, terkadang mengorbankan pengembangan holistik atau misi inti pendidikan tinggi yang lebih luas.Â
Fenomena ini dapat memicu apa yang disebut sebagai "permainan angka," di mana institusi berupaya meningkatkan skor mereka melalui strategi taktis, seperti mendorong staf untuk mempublikasikan lebih banyak di jurnal yang terindeks, atau merekrut peneliti dengan sitasi tinggi, alih-alih fokus pada peningkatan kualitas substansial dalam pengajaran, penelitian yang relevan, atau pengabdian masyarakat yang berdampak.Â
Akibatnya, esensi pendidikan tinggi yang sebenarnya, yakni melahirkan generasi berintegritas, menghasilkan inovasi bermanfaat, dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan peradaban, dapat tergeser oleh obsesi terhadap posisi dalam daftar peringkat.Â
Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang bagaimana PT seharusnya menyeimbangkan aspirasi global dengan tanggung jawab lokal mereka.
Manfaat yang Sering Terabaikan
Melihat pemeringkatan secara kritis adalah suatu keharusan, karena kompleksitas pendidikan tinggi tidak dapat direduksi menjadi sekumpulan angka.Â