Mohon tunggu...
Danang Satria Nugraha
Danang Satria Nugraha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar di Universitas Sanata Dharma

Selain mengajarkan ilmu bahasa dan meneliti fenomenanya di ruang publik, penulis gemar mengamati pendidikan dan dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Metafora Dunia Ideal

30 April 2024   02:55 Diperbarui: 30 April 2024   02:57 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(credit: https://www.mediastorehouse.com/)

Lebih lanjut, metafora juga dapat menciptakan solidaritas dan kesadaran bersama. Misalnya, dalam kampanye perlindungan lingkungan, metafora "laut yang bersih seperti bebatuan" bukan hanya memvisualisasikan bahaya sampah plastik bagi laut tetapi juga merangsang kesadaran kolektif akan tanggung jawab bersama dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Dengan menyajikan metafora yang dapat dirasakan secara emosional dan diterima secara universal, kampanye berhasil memotivasi tindakan nyata dari masyarakat. Melalui metafora, kampanye berhasil membangun momentum, menggerakkan partisipasi aktif, dan membentuk komitmen bersama untuk mencapai dunia ideal yang diusung oleh setiap kampanye.

Penggunaan metafora dalam kampanye bukan sekadar tentang penyampaian pesan, tetapi lebih pada penggalangan dukungan, motivasi, dan arahan untuk tindakan nyata. Misalnya, dalam konteks kampanye perlindungan lingkungan di Indonesia, metafora "laut yang bersih seperti bebatuan" bukan hanya sekadar deskripsi, tetapi seruan untuk bertindak. Metafora ini menyentuh emosi audiens dengan membayangkan keindahan laut yang terjaga, namun juga menyoroti ancaman sampah plastik yang merusak kelestarian alam. Dengan begitu, metafora tersebut bukan hanya merangsang kesadaran akan masalah lingkungan, tetapi juga mengajak masyarakat untuk turut serta dalam menjaga kebersihan laut dan lingkungan secara keseluruhan.

Selain itu, metafora juga mampu memicu respons emosional yang kuat. Misalnya, dalam kampanye kesetaraan gender di Indonesia, metafora "pohon keluarga yang kokoh" menciptakan gambaran tentang keluarga yang harmonis melalui keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan. Metafora semacam ini tidak hanya menyampaikan pesan tentang kesetaraan, tetapi juga menimbulkan keinginan kuat dalam masyarakat untuk mewujudkan hubungan yang seimbang di dalam rumah tangga, mendorong tindakan konkret untuk mencapai visi dunia ideal yang diusung.

Lebih lanjut, penggunaan metafora mampu menciptakan narasi yang menyatukan. Dalam kampanye pendidikan inklusif di Indonesia, metafora "taman yang ramah bagi semua bunga" bukan hanya sekadar deskripsi tentang pendidikan yang inklusif, tetapi juga menciptakan narasi tentang penerimaan, keberagaman, dan kesetaraan dalam ruang pendidikan. Metafora semacam ini mengundang partisipasi aktif masyarakat untuk mendukung pembangunan sistem pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan semua anak.

Dengan demikian, penggunaan metafora dalam kampanye bukanlah sekadar penggunaan figuratif, melainkan strategi komunikasi yang mendorong tindakan dan perubahan. Melalui kekuatannya dalam membangkitkan emosi, mengajak partisipasi, dan menciptakan narasi bersama, metafora mampu menjadi pemicu utama dalam mewujudkan visi dunia ideal yang diusung oleh setiap kampanye.


Sejauh mana penggunaan metafora dapat memengaruhi pemahaman kolektif masyarakat terhadap isu-isu kompleks?

Penggunaan metafora memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk pemahaman kolektif masyarakat terhadap isu-isu kompleks seperti lingkungan, keadilan sosial, dan perdamaian dalam konteks kampanye di Indonesia. Metafora memungkinkan penyampaian pesan yang lebih sederhana dan dapat diresapi oleh berbagai lapisan masyarakat, sehingga menciptakan gambaran yang kuat dan mudah dipahami tentang visi dunia ideal yang diusung.

Contohnya, dalam kampanye lingkungan, metafora "laut yang bersih seperti bebatuan" atau "laut dan gunung mempertemukan keindahan" tidak hanya menggambarkan keadaan ideal lingkungan, tetapi juga menyampaikan urgensi menjaga kebersihan laut dari sampah plastik. Metafora tersebut memudahkan masyarakat untuk memahami ancaman terhadap lingkungan secara lebih konkret dan mengajak mereka untuk bertindak dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Di bidang keadilan sosial, penggunaan metafora seperti "pohon keluarga yang kokoh" dalam kampanye kesetaraan gender memberikan gambaran tentang peran yang seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Metafora tersebut membantu mengubah persepsi masyarakat terhadap peran gender dan mendorong dukungan untuk perubahan sosial yang lebih inklusif.

Dalam konteks perdamaian, metafora yang menggambarkan "jembatan yang menghubungkan dua sisi konflik" bisa membantu merangkul perspektif yang berbeda dan menciptakan kesadaran akan pentingnya dialog dan rekonsiliasi. Dengan demikian, metafora membantu mengubah pola pikir dan memberikan landasan yang lebih luas untuk pemahaman yang mendalam terhadap isu-isu yang kompleks.

Penggunaan metafora yang tepat dan kuat dalam kampanye mempengaruhi kesuksesan mereka dengan menciptakan pemahaman kolektif yang lebih dalam dan terukur terhadap isu-isu tersebut. Masyarakat menjadi lebih terlibat, berempati, dan tergerak untuk bertindak sesuai dengan pesan yang disampaikan dalam kampanye. Hal ini pada gilirannya meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan kampanye serta mendukung perubahan positif yang diharapkan dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun