Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Apa yang kamu rasakan tetap penting, bahkan jika dunia sibuk sendiri.

Manusia yang pernah menahan banyak hal diam-diam.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Upaya KNPI Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat Hijaukan Lahan Kritis Lewat JUNA

3 Oktober 2025   18:30 Diperbarui: 3 Oktober 2025   18:30 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bibit Gerakan Jumat Menanam (JUNA) (Dokpri)

Tasikmalaya, 3 Oktober 2025- Gerakan Jumat Menanam (JUNA) adalah manifestasi heroik dari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kecamatan Sukaratu yang bertekad mengubah realitas lingkungan lokal. JUNA bukan sekadar label program; ia adalah implementasi nyata dari program "Gerakan Leuweung Hejo" yang diamanatkan oleh Gubernur Jawa Barat. Inisiatif ini menandai dimulainya babak ambisius untuk merevitalisasi ekosistem di kawasan yang terlalu lama dicap sebagai lahan kritis, menunjukkan bahwa semangat kepemudaan KNPI tidak hanya berkutat pada wacana, melainkan mampu diwujudkan dalam aksi konkret untuk lingkungan yang lebih baik.

Aksi JUNA dilakukan di Kampung Babakan Hanja, Desa  Sinagar-Sukaratu pada Jumat pagi (3/10), berhasil menanam 80 bibit pohon dari berbagai jenis. Jumlah ini mungkin terlihat kecil dibandingkan luasnya kerusakan di sekitar lereng Gunung Galunggung, tetapi penanaman ini adalah simbol awal dari janji pemuda untuk menumbuhkan kembali tutupan hijau dan mengembalikan kesuburan tanah yang tergerus, sesuai komitmen yang disampaikan oleh Fahmi Azka, Ketua KNPI Kecamatan Sukaratu.

Juna adalah implementasi nyata dari program
Juna adalah implementasi nyata dari program "Gerakan Leuweung Hejo"  (Dokpri)

JUNA didorong oleh panggilan darurat dari kondisi lingkungan yang memprihatinkan. Meskipun kecamatan ini dikenal sebagai lumbung pangan dengan sektor pertanian dan perikanan yang cukup menonjol, pemandangan visualnya justru "kurang hijau". Kekhawatiran ini disampaikan dengan gamblang oleh Wiji Wahyu Suciani, penyuluh dari Cabang Dinas Kehutanan wilayah Sukaratu, yang menyebut bahwa kerusakan alam di wilayah ini sudah menjadi rahasia umum dan menuntut respons cepat serta masif dari berbagai pihak.

Kondisi ini yang kemudian memicu KNPI Sukaratu untuk menerjemahkan kegelisahan tersebut menjadi tindakan nyata. Dengan masih banyaknya lahan kosong, aksi menanam pohon menjadi prioritas utama untuk mengatasi ancaman kerusakan lingkungan dan menunjukkan tanggung jawab pemuda terhadap keberlanjutan wilayahnya sendiri.

Salah satu jenis bibit tanaman di Gerakan Jumat Menanam (Dokpri)
Salah satu jenis bibit tanaman di Gerakan Jumat Menanam (Dokpri)

Tampak bahwa aksi JUNA ini berdiri di atas fondasi kolaborasi yang kuat dan terstruktur antar-lintas sektor, namun masih memerlukan dukungan dari banyak pihak, "Mohon maadf jika hari ini, bibit pohon tidak sesuai dengan harapan, karena CDK-pun bukan penyedia bibit pohon. Bibit pun hasil swadaya para penyuluh, kita kolaborasi lah dengan semua pihak. Tetapi, diharapkan nantinya ada kelanjutan dan kita siap berkolaborasi," terang Endas SP, Penyuluh Kehutan Cabang Dinas Kehutanan wilayah 6 Jawa Barat. Menurutnya, aksi penghijauan ini menyatukan kekuatan dari berbagai instansi penting, termasuk CDK Wilayah 6 Tasikmalaya, Perum Perhutani, Karang Taruna Kecamatan Sukaratu, Pemerintah Kecamatan, dan Muspika Sukaratu (TNI-Polri). Kolaborasi ini memastikan bahwa gerakan tidak hanya berjalan temporer dan seketika tetapi juga terencana dengan baik.

Berbincang  dengan bibit (Dokpri)
Berbincang  dengan bibit (Dokpri)

Strategi penanaman ditekankan oleh Cipto Purnomo dari Dinas terkait, yang memastikan bahwa tim melakukan harmonisasi kesesuaian lahan dengan jenis bibit. Untuk aksi perdana ini, mereka memilih tanaman pelindung yang strategis seperti Ketapang Kencana, Pinus, Alpukat, dan Pucuk Merah, yang 80 bibitnya sengaja ditanam di sisi kanan dan kiri jalan yang melintasi Babakan Hanja untuk menciptakan estetika visual sekaligus memberikan peneduh jalan yang sangat dibutuhkan.

Gerakan JUNA didorong oleh filosofi sederhana namun kuat: "Jumat Pasti Menanam." Prinsip ini berfokus pada konsistensi pelaksanaan kegiatan setiap hari Jumat secara rutin, dibandingkan dengan ambisi kuantitas bibit yang berlebihan pada satu waktu. Pendekatan ini dirancang untuk memastikan kesinambungan program dan memperluas partisipasi publik secara berkelanjutan. 

Masyarakat diajak terlibat sesuai kemampuan masing-masing bisa dengan menyumbang bibit, menanam pohon di pekarangan rumah, atau bergabung langsung dalam aksi kolektif di lokasi yang ditentukan. Dengan merangkul fleksibilitas ini, JUNA berupaya memupuk kesadaran kolektif dan rasa tanggung jawab bersama, menegaskan bahwa pelestarian alam adalah tugas setiap individu, bukan hanya pemerintah atau kelompok pemuda semata.

Harapan besar diletakkan pada kesinambungan gerakan JUNA untuk jangka panjang. Wiji Wahyu Suciani menutup dengan nada optimisme, berharap bahwa gerakan ini akan menjadi cikal bakal tanam pohon berikutnya. Target utamanya jelas mengembalikan kehijauan kawasan untuk mewujudkan masa depan yang benar-benar berkelanjutan bagi Sukaratu. 

Lebih dari sekadar menambah luasan tutupan hijau, Gerakan JUNA diharapkan mampu menanamkan kesadaran yang mendalam di benak masyarakat, mengubah pelestarian lingkungan menjadi warisan tak ternilai. Ini adalah tanggung jawab yang wajib dijaga oleh generasi sekarang bagi generasi mendatang, memastikan bahwa alam yang lestari akan menjadi modal utama kehidupan masyarakat di masa depan.

Kekeringan yang pernah terjadi di Kecamatan Sukaratu beberapa tahun silam (Dokpri)
Kekeringan yang pernah terjadi di Kecamatan Sukaratu beberapa tahun silam (Dokpri)

Sebagai konteks yang menunjukkan sinergi gerakan "Jumat Menanam" di lingkup yang lebih luas, Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) Cisayong, Agus Yandi mengatakan pada kegiatan serupa dilaksanakan oleh Perum Perhutani KPH Tasikmalaya dan CDK Wilayah VI di Agra Hotspring, Desa Sundakerta, Sukahening. Aksi ini menyulap kawasan wisata tersebut menjadi arena penghijauan dengan menanam 60 bibit pohon dari jenis Alpukat, Ketapang, dan Picung, yang dipilih karena manfaat ganda bagi ekosistem dan potensi ekonomi lokal.

Ia menegaskan bahwa esensi utama dari kegiatan ini adalah membangun kesadaran bersama, bukan sekadar simbolisme menancapkan bibit ke tanah. Diharapkan, setiap peserta, mulai dari petani lokal hingga pejabat, tidak hanya selesai saat penanaman, melainkan terus bertekad untuk merawat bibit tersebut agar tumbuh menjadi pohon yang kuat, demi menjamin manfaat ekologis dan ekonomis jangka panjang yang berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun