"Maka daya tarik wisata ini harus diperkuat dengan berbagai karakter, terutama di penguatan budaya tradisional dan kemampuan komunikasi masyarakat daerah tujuan, berbagai kemampuan lainnya, bahasa Inggrisnya harus bagus karena pasti bakal ada wisman, ramah, kita juga harus memiliki pembeda dari daerah tujuan wisata lainnya, apa yang kita unggulkan?" jelas Alumni 1989 SMAN 2 Tasikmalaya dan Universitas Negeri Jakarta ini.
Bedasarkan pada pengalamannya mengunjungi beberapa daerah wisata di kawasan Asia bahwa penguatan karakter budaya sebuah destinasi wisata akan berdampak pada jumlah dan lama kunjungan wisatawan dan kemudian mendongkrak belanja wisata di daerah.
Menyinggung adanya anggapan bahwa sektor pariwisata Tasikmalaya jauh tertinggal dibandingkan daerah Priangan Timur lainnya, Dosen Bahasa Universitas Siliwangi ini sedikit memaparkan kajian sosialnya bahwa resistansi sebagian masayarakat adalah faktor utama penyebab kurang berkembangnya sektor ini terutama mereka yang melihat efek negatif dari pertumbuhan penginapan dan hotel serta kehidupan malam di daerah-daerah wisata lain.Â
Tetapi, resistansi masyarakat ini bisa dikikis dengan komunikasi yang baik dari berbagai pihak dan mengedepankan manfaat besar yang bisa didapat bila semua pihak mendukung terciptanya iklim wisata yang baik.
Wali kota Banda Aceh dalam sebuah kesempatan mengatakan bahwa kopi adalah alat pemersatu Aceh, tidak berlebihan jika kita mengamini hal tersebut karena kopi di Provinsi Aceh adalah komoditas andalan yang bisa mensejahterakan masayarakatnya terlebih dengan adanya budaya ngopi di sana yang kental, gelaran festival kopi dan kualitas kopi yang tak bisa dipungkiri adalah kelebihan yang mereka miliki.
Kopi sebagai simbol sosial, kehangatan dan keakraban, rasa pahit kopi dan manis gula yang bercampur dengan berbagai karakter aroma kopi yang khas dengan rasa fruity atau earthy menjadi daya pikat sebuah diskusi yang tak akan henti sehingga cangkir demi cangkir kopi disesap habis.
"Iya, kopi ini menyatukan kita, kopi ini menyebabkan kita berkumpul dan berinteraksi untuk sebuah diskusi membangun daerah, kita kawal terus pengembangan wisata Galunggung ini agar terelalisasi, jangan sampai grand design sudah ada, dana sudah siap, kawasan sudah mulai dibenahi namun di ujungnya belum apa-apa sudah ada resistensi dari kelompok tertentu," ungkap pegiat Kopi Galunggung.
Industri wisata di daerah juga akan turut mengurangi angka pengangguran dengan menyerap berbagai tenaga kerja dan menumbuhkan peluang usaha baru, "Dengan bantuan sejumlah dana dari pemerintah provinsi dan 5 Milyar dari APBD, maenya we sarebu tenaga kerja tidak terserap di sektor ini, kalau sampai tidak bisa menyerap seribu tenaga kerja wae mah, berarti gagal tah!" kata dia.
Kopi Galunggung diharapkan bisa menjadi gerbang tumbuhnya kesadaran masyarakat pentingnya industri wisata (dari sektor Culinary) dan membuka pintu komunikasi berbagai pihak dalam upaya menjembatani keraguan bahwa industri pariwisata tidak selalu berdampak buruk di daerah pada beberapa tatanan kehidupan sosial dan beragama.
Industri pariwisata juga merupakan salah satu sektor yang bisa diandalkan bagi pengembangan dan pemanfaatan potensi daerah untuk kehidupan lebih baik di bidang ekonomi yang ujungnya mampu meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha, industri dan masyarakat sekitar.