Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ranum - Tristan: Tentang Sebuah Pernikahan

1 Agustus 2022   07:15 Diperbarui: 1 Agustus 2022   07:21 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis itu bernama Ranum, dan jika saja kau tidak mengenalnya dengan benar, kau akan merasa kalau dia adalah seorang gadis yang masih duduk dibangku sekolah menengah atas. Tubuhnya yang mungil, dan senyum ceria seolah tidak memiliki beban hidup, menjadi topeng sempurna untuk menutupi usianya yang sudah menginjak dua puluh lima.

"kau seharusnya sudah menikah, tidak perlu ditunda lagi..." kata tante Ratna, adik ibunya saat wanita itu berkunjung ke rumahnya yang sederhana di sudut kota Depok.

"usia dua puluh lima itu sudah cukup lama untuk menunggu, kau sudah cukup dewasa..." om Bayu berujar di lain waktu, saat keluarga besar sedang berkumpul untuk merayakan sebuah acara pernikahan sepupu Ranum.

Intinya, Ranum akan selalu merasa dirinya terpojok saat bertemu satu atau dua saudara dari pihak ayah atau ibunya. Kedua orang tua Ranum, mencoba memberi pengertian kepada putri tunggal itu. Bagaimanapun, dua insan paruh baya itu sudah tidak sabar untuk segera menimang cucu.

"pernikahan bukan hanya soal memperoleh keturunan... Yah" jawab Ranum kepada ayahnya, ketika suara itu terdengar semakin menuntut ditelinganya.


Sebagai seorang gadis modern, Ranum tentu saja menolak patriaki sosial yang menempatkan laki -- laki sebagai pemegang kendali dalam segala aspek kehidupan. Bahwa wanita hanya bertugas di rumah, sebagai istri dan ibu adalah pikiran kolot yang selalu mendapat tentangan dari gadis lulusan fakultas hukum itu.

"Ibu harus ingat satu hal... wanita lah yang pertama kali meruntuhkan kedigdayaan surga..." jawab Ranum kepada ibunya, saat sang ibu berusaha menghalangi anaknya itu mengenyam pendidikan lebih tinggi lagi setelah lulus sebagai sarjana.

Bagi Ranum, peristiwa teologi yang menceritakan Hawa pertama kali memakan buah terlarang dan membuat manusia terusir dari surga adalah sebuah bukti nyata bahwa seharusnya dunia lebih menghormati keberadaan wanita. Bagaimana tidak, aturan surga yang begitu kokoh saja mampu ditabraknya, sesuatu yang tidak pernah dilakukan Adam saat masih sendiri di tanah firdaus.

Selain itu, wanita adalah ibu bagi bumi. Tanpa adanya wanita, tidak akan ada kehidupan tercipta. Meski perkataan -- perkataan seperti ini seringkali membawa Ranum pada perdebatan dengannya oleh teman -- teman pria dan pemuka agama, gadis itu tidak pernah goyah akan pendiriannya.

"pantes aja nggak ada laki -- laki yang mau sama kamu...." Kata seorang teman waktu sedang nongkrong di sebuah caf, ditengah malam yang gempita.

"laki -- laki tidak mau sama aku, bukan karena pola pikirku..." Ranum menjawab "tapi karena mereka takut menjadi inferior dihadapanku"

Begitulah Ranum, standarnya untuk mendapatkan pasangan hidup memang cukup tinggi. Hanya pria yang benar -- benar mampu berpikir terbuka yang bisa menerima pemikiran gadis itu.

Senja mulai tenggelam, hadir kembali keindahan sumringah malam. Ranum terbaring diatas kasur mencoba mengeja kembali kesalahannya sebagai seorang gadis. Nihil, Ranum tidak menemukan satupun alasan tepat yang bisa membuatnya benar -- benar tidak diinginkan oleh pria.

***

Malam yang tergerus begitu datar di kota Jogja, setidaknya bagi Tristan. Sudah tiga kali pria berusia tiga puluh dua tahun itu menyetir berputar putar di sekitaran jalan kaliurang, sekedar untuk menangkan pikiran. Usia yang matang, pekerjaan yang mapan, membuat Tristan tersedak untuk mendapatkan tuntutan agar segera mendapatkan pendamping hidup.

Sayangnya, bagi Tristan, beberapa gadis yang pernah ditemuinya, tidak ada satupun benar -- benar sesuai dengan keinginan hati pria itu. Budaya wanita jawa yang mayoritas ramah dan manut, membuat Tristan jengah. Pria yang bekerja di salah satu perusahaan multinasional itu menginginkan sosok pendamping hidup yang sejalan dengannya. Tidak harus sepemikiran, tidak harus selalu menuruti keinginan Tristan. Baginya, perdebatan dalam sebuah hubungan  adalah keindahan yang harus dijalani.

"saya tidak mencari wanita yang akan menjadi pendamping hidup saya" kata Tristan kepada seorang wanita yang dikenalnya lewat situs pencari jodoh daring.

Wanita itu terlihat terkejut tidak percaya dengan ucapan Tristan. Namun ia menunggu untuk ucapan selanjutnya.

Bagi Tristan, wanita sudah selayaknya diberi posisi seharusnya dalam keluarga. Seorang istri dan ibu, tidak melulu harus masak di dapur atau mencuci pakaian kotor saja. Suami sebagai kepala keluarga pun terkadang harus mengambil tanggung jawab yang sama. Didalam keluarga, suami dan istri, ayah juga ibu memiliki posisi setara bagi Tristan.

"sebuah bahtera tidak mungkin memiliki dua nahkoda" kata wanita itu menjawab. Menyiratkan bahwa salah satu diantara pria atau wanita harus mengambil alih sebagai pemimpin dalam keluarga. Dan dalam budaya manapun, pria adalah sosok paling tepat untuk posisi tersebut.

Bagi Tristan, analogi itu tidak tepat. Seringkali dia mendengar analogi sama, seperti tidak mungkin bumi disinari oleh dua matahari. Dan sebagainya dan sebagainya.

Karena meski sebagai kapten dalam kapal, seorang nahkoda untuk beberapa saat tertentu akan meminta saran dari bawahannya. Dan ketika saran itu diambil, maka sesungguhnya posisi pemimpin sudah berpindah tangan untuk sesaat.

Dan matahari memang tidak mungkin ada dua untuk menyinari bumi. Masalahnya adalah, matahari pun tidak selamanya bisa menemani sebab ketika langit berubah jingga, baskara akan pamit dari peraduannya.

"jadi, posisi pria dan wanita seharusnya dan selalu setara..." kata Tristan sudah mulai enggan untuk melanjutkan percakapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun