Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia Ajaib di Kota Medan

1 Agustus 2022   13:00 Diperbarui: 1 Agustus 2022   13:02 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu, waktu masih menunjukkan pukul sembilan. Waktu saya berjalan melintasi satu jalan tidak terlalu besar, namun cukup untuk dua mobil berlalu lalang dalam dua arah berbeda. 

Saya terkejut luar biasa, saat sebuah spion mobil mini sedan menyenggol siku lengan saya. Kebetulan, satu malam penuh saya belum tidur, membuat keseimbangan tubuh agak berkurang. Ditambah lagi wajah yang sedikit pucat karena memang belum menyantap apapun dari semalam.

Tapi, peristiwa itu sama sekali tidak menyakiti saya. Maksudnya, saya bahkan tidak terjatuh atau merasa kesakitan sekalipun. Namun, berjarak sekitar dua meter dihadapan saya, mobil itu berhenti. 

Saya mulai ragu, kalau kalau si pengandara merasa terjadi sesuatu pada spionnya. Atau justru marah kepada saya yang memang berjalan agak sedikit ditengah.

"Maaf ya bang..." kata pengendara mobil itu datang mendekati saya "abang nggak apa apa kan?"

Kali ini saya terkejut pada sikap yang ditunjukkan pria ini. Bukan hanya karena kerendahan hatinya yang bersedia untuk meminta maaf, namun juga jarang sekali menemukan pengemudi bersikap demikian.

Setelah saya mengatakan bahwa semua baik -- baik saja, pria itu kembali kedalam mobilnya. Namun ketika hendak melanjutkan perjalanan, ia kembali membuka kaca jendela, memastikan bahwa semua benar baik -- baik saja.

Kalau saja semua pengendara di jalan raya bisa bersikap seperti ini, saya yakin betul kita akan jarang sekali mendengar klakson yang berteriak saling sahut menyahut saat lampu merah atau kemacetan tiba. 

Atau pertengkaran sesama pengguna jalan mungkin bisa di minimalisir saat setiap orang mulai menggunakan pikiran jernihnya bahwa setiap orang mungkin saja bisa melakukan kesalahan.

Teringat beberapa kejadian yang juga pernah saya alami ketika berjalan di jalan raya. Misalnya saat seorang gadis yang mengendarai sepeda motor nyaris menabrak saya. 

Mata gadis itu melihat saya dengan tajam bersiap dengan segala perdebatan. Bukannya minta maaf atau apapun yang menunjukkan rasa bersalah, gadis tersebut justru lama sekali menatap saya.

"Mbanya lawan arah" kata saya akhirnya memutus harapan gadis malang tersebut untuk sebuah pertengkaran.

Dewasa ini sensitif kita terhadap sesama manusia memang patut dipertanyakan. Seringkali kita merasa benar sendiri, dan bila ada orang lain yang berhadapan dengan kita dan mengatakan sebaliknya, kita anggap sebagai musuh. 

Tidak jarang pula kita terjebak pada perdebatan -- perdebatan tidak perlu dengan orang asing hanya untuk sebuah pembenaran.

Bagi saya, disinilah saatnya kedewasaan kita sebagai seorang manusia diuji. Bukankah menyakiti perasaan orang lain baik secara perkataan ataupun perbuatan adalah kesalahan, terlepas dari sengaja atau tidak sengaja kita melakukannya.

Bukankah sesungguhnya minta maaf adalah tugas yang tidak terlalu berat. Dan tidak membuat harga diri seorang manusia menjadi jatuh dihadapan orang yang mendengarnya?

Atau kita akan terus merasa tidak ada kesalahan dan ego bahwa kita adalah yang paling benar akan selalu dipelihara?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun