Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gelas Itu Masih Penuh

19 November 2018   12:46 Diperbarui: 19 November 2018   12:49 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelas itu masih penuh, prianya tidak pulang lagi malam ini. Barisan santapan lezat mentertawakannya, mereka sudah terlalu dingin untuk dinikmati. Tapi, dia masih menanti, meski kursi itu tetap kosong menunggu untuk diduduki. Air matanya menangis jatuh kedasar bumi, dia tidak berdaya, dia hanyalah seorang istri.

Sebuah ketukan dari balik pintu terdengar hangat, tapi dia tidak berharap itu lelaki yang bersumpah bersamanya diatas altar setahun lewat. Dia hanya mengundang wanita lain, seorang sahabat. Mereka bertatapan, lalu saling berpelukan, lalu jatuh lagi dalam kesedihan, dan tersenyum untuk sesaat. Dua wanita yang kini ada dalam satu rumah, saling menatap diantara meja makan dengan santapan yang tak lagi lezat.

"kau baik -- baik saja?" kata sahabatnya Dia menangguk berbohong pada dirinya.

"mungkin dia sedang ada kesibukan dengan pekerjaan yang tidak bias ditinggalkan" sahabatnya mencoba menghibur, tapi guyonan itu sudah terkubur.

Sudah jam satu pagi, sahabatnya masih setia menemani. Gelas yang menunggu untuk disentuh itu masih penuh seperti empat jam yang sudah dilewati. Lalu mereka tertawa geli, tentang pria yang tak tahu diri. Hilang sudah simpati, hilang sudah tangis yang tadi, kini dia hanya ingin memperjuangkan harga diri.

Ketukan lain hadir jam setengah tiga dini hari, sahabat pamit membiarkan pembiacaraan suami -- istri. Dia hanya terdiam menunggu alasan sang lelaki. Lelaki berujar kalau dia punya masalah dengan pekerjaan yang tiada henti.

"pekerjaan dengan pelacur misalnya" kata dia setelah mencium bau parfum murah dari kemeja suami.

"apa yang salah denganmu?" kata pria membela diri.

Dia terdiam. Suami terdiam. Ruangan itu beku menunggu api berkobar yang sudah membakar sekam. Tapi keduanya justru hilang bersama malam.

"kau tidak makan?" katanya mencoba beralih topik bahasan

"aku sudah kenyang" kata pria tidak bisa menjaga perasaan

persetan katanya mengumpat dalam diam. Lalu dia tenggelam disana sekali lagi, dibalik meja makan, menatap semua hidangan, tidak tersentuh, hanya menjadi sampah hidangan malam.

"aku mau tidur" kata suami tak menoleh padanya meski sedetik

Aku harap kau tak akan pernah terbangun gumam hatinya sudah mati rasa meski sejentik

***

Pagi masih terlalu muda, pria itu terbangun dengan tanpa istri disisinya. Dilangkahkannya kakinya menuju meja makan tempat terakhir mereka berbicara. Pria itu terkejut dengan pandangan matanya. Bercak darah menghiasai meja. Sang wanita mati memotong urat nadinya.

Pria itu menangis berpeluh. Kini dia menyesal mendustakan cinta yang masih mencari sebuah ruh. Dia putuskan menyusul istri dan mati bersimpuh. Mati karena cinta yang seharusnya menjadi penyembuh. Gelas itu masih penuh, menanti untuk disentuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun