Menulis buku boleh kita sebut sebagai puncak karir bagi penulis. Setiap penulis, pasti punya keinginan untuk menjadikan tulisannya yang terserak di media massa dan blogger dijadikan buku.
Pengalaman saya menulis buku, menyimpulkan adalah pentingnya naskah lebih dahulu ketimbang penerbit dan biaya cetak buku.
Meskipun uang menjadi faktor penting dalam menerbitkan buku, dan juga lembaga penerbit yang ternama, tetap saja tanpa naskah tak akan bisa dilakukan menerbitkan buku.
Naskah saya sudah ada sejak 2007. Berupa tulisan bersambung yang saya tulis tiap pekan di media tempat saya bekerja.
Secara kebetulan, media itu terbit sekali seminggu, dan saya selaku reporter daerah dikasih kewenangan satu halaman penuh.
Saya buat naskah bersambung, dan akhirnya naskah itu setelah diedit kembali, terbit jadi buku tahun 2020.
Sebuah rentang waktu yang panjang, tapi tak melelahkan. Ada rasa kepuasan batin yang tak terkira kala sudah jadi buku, dan beredar luas.
Meskipun dari penulisan itu saya tak dapat apa-apa selain dari buku. Kepuasan buku kita dilihat dan dibaca banyak orang.
Dan itu buku pertama saya yang sendiri menulisnya. Sebelumnya sudah ada buku, tapi kumpulan banyak penulis dan ditulis berdua dengan kawan.
Sepertinya, menulis buku sama juga seperti menulis di media. Mengalir begitu saja. Apalagi rutin dan rajin menulis di Kompasiana, akan bisa dijadikan buku.