"Kita ingin, semua anak SDLB ini dijemput antar pergi dan pulang sekolah. Butuh sebuah mobil, sehingga anak ini bisa terjamin keamanannya selama dalam belajar," sebutnya.
Meskipun anak berkebutuhan khusus atau diisabilitas, cerita Bakhrial Eri, juga butuh pendidikan sama dengan orang biasa. Mereka punya potensi untuk bisa belajar lebih tinggi.
"Dan itu banyak kita jumpai di SDLB yang telah mapan dan dapat sambutan luas. Hasil didikannya bisa jadi dosen, mampu berprestasi layaknya orang normal," katanya.
Bakhrial Eri membuka peluang kepada berbagai pihak, baik pemerintah maupun pengusaha untuk ikut berkontribusi dalam membangun kelangsungan anak diisabilitas ini.
Sejak mulai berdiri hingga saat ini, Bakhrial Eri membangun sekolah itu bersama pengurus lainnya dan seluruh guru, dengan panggilan nurani dan panggilan jiwa, punya pandangan yang sama terhadap anak disabilitas.
Artinya, berbuat seadanya sesuai kemampuan. Gedung sekolah masih dalam status sewa. Sebuah rumah milik masyarakat yang disewa tiap tahun, demi menyelamatkan anak berkebutuhan khusus.