Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buya Ahmad Syafii Maarif, Ulama dan Bapak Bangsa yang Cermat Menulis

27 Mei 2022   14:27 Diperbarui: 27 Mei 2022   18:26 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Memoar Seorang Anak Kampung karya Buya Ahmad Syafii Maarif. (foto dok damanhuri)

Sejak lebaran Idul Fitri, saya banyak membaca buku "Memoar Seorang Anak Kampung", karya Buya Ahmad Syafii Maarif. Buku itu telah lama adanya di pustaka saya, dan tentu konteksnya saat ini untuk membaca ulang.

Saya ingin menulis resensinya. Buku itu bagus, menceritakan perjalanan panjang Buya sejak dari kampungnya, di Sumpur Kudus, Sumatera Barat hingga kiprahnya saat ini.

Jumat, 27 Mei 2022, sekira tiga jam menjelang Shalat Jumat, masuk berita duka, tentang kepergian Buya. Berselang beberapa saat, muncul berita serupa dari yang lain, dan seterusnya, menjadi berita viral.

Innalillahi wa innailaihi rajiun. Saya tulis pula status, karena sudah banyak beredar, sebelumnya saya cek di twitter Haidar Nasier, Ketua Umum PP Muhammadiyah, yang terlebih dulu mengabarkan kabar duka tersebut.

Saya tidak dikenal oleh Buya kelahiran 31 Mei 1935 itu. Namun, saya sudah lama mengenal Buya. Saya banyak membeli dan membaca hasil karya tulisnya, dan buku yang ditulis orang tentang dia.

Tulisan Buya sendiri jadi sumber inspirasi saya. Bahasanya ringan, mudah dicerna dan enak untuk dibaca. Dengan ini, setiap ada buku tentang dia, atau dia sendiri yang menulis, tanpa ragu saya langsung saja membelinya.

Hanya beberapa kali berinteraksi langsung dengan Buya dalam kegiatan nasional yang saya ikuti. Saya yakin, Buya tidak kenal dan mengenal saya.

Buya adalah tokoh yang sempurna kemuhammadiyahannya. Seorang bapak bangsa, yang selalu menyemai benih perdamaian.

Mengajarkan Islam santun dan rahmah. Dari Ranah Minang, Buya telah menularkan nilai-nilai kemanusiaan yang dibungkus dengan ajaran Islam rahmatan lilalamin.

Anak panah Muhammadiyah ini, berhasil memperkuat khas ulama Minangkabau di jagat dunia. Dia selamanya dipanggil Buya, oleh siapapun dan tentunya seluruh masyarakat.

Sebagaimana lazimnya seorang ulama di Minangkabau, disapa banyak orang dengan sapaan Buya. Sama dengan Buya Hamka, ketokohannya tentu menjadi nilai tersendiri dalam membangun sebuah peradaban Islam di tengah masyarakat.

Disebut ulama dan bapak bangsa yang sempurna Muhammadiyah-nya, Buya mengawali titik kisar pertamanya di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Balai Tangah Lintau.

Lalu, titik kisar kedua seperti ditulis dalam pengantar buku Memoar Seorang Anak Kampung, adalah Madrasah Mu'allimin Yogyakarta.

Seperti sebutan familiar di kalangan organisasi ini, Muhammadiyah itu lahir di Yogyakarta besar di Sumbar.

Tentu orang menyebut itu punya alasan dan fakta yang terjadi di lingkungan Muhammadiyah itu sendiri, yang memang seperti demikian adanya.

Kini, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005 ini telah tiada. Dia meninggal di salah satu rumah sakit amal usaha Muhammadiyah Yogyakarta, dan kabarnya akan dimakamkan di daerah itu.

Dia telah banyak meninggalkan warisan persatuan dan kesatuan, pentingnya nilai-nilai pluralisme kepada generasi bangsa.

Tak hanya Muhammadiyah dan bangsa ini yang berduka, dunia Islam bersedih. Tak ada lagi bapak bangsa "kapai tampaik batanyo, kapulang tampaik babarito". 

Kehadirannya diterima semua kalangan. Dia mampu dan berhasil menyemai nilai-nilai Minangkabau kepada dunia, lewat identitas Buya.

Terlalu banyak kontribusi Buya untuk bangsa ini, sampai-sampai dia tak begitu mempedulikan ketidak-sukaan sebagian orang kepadanya.

Baginya, berdakwah juga diliputi suka duka. Tak ada yang mulus jalan kebenaran yang disajikannya, kecuali ada kontroversinya juga, menurut sebagian orang. 

Buya tokoh bangsa yang cermat menulis, teliti dalam bertindak. Tak ada peristiwa yang terlewatkan, begitu cermatnya dia mengingat, dan tentunya rajin mendokumenkan kegiatan dan kiprahnya selaku ulama, cendikiawan, dan tokoh bangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun