Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Celana Dalam Wanita di HUT RI

25 Agustus 2016   11:31 Diperbarui: 25 Agustus 2016   11:56 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tetapi, sah juga memberi penafsiran lain sesuai nilai budaya yang ada di masyarakat setempat, yang akhirnya membuahkan kemarahan itu. Ini sekaligus menunjukkan adanya gap generasi lama dan generasi baru. Yang lama memaknai celana dalam sebagai benda sarat makna, yang baru memaknai celana dalam sebatas penutup organ intim dan keseksian semata.

Meskipun begitu, kasus pemberian sembilan celana dalam wanita di peringatan HUT RI ke-71 di Kecamatan Sumarorong ini belum sepenuhnya terjawab. Sahabat dekat saya, yang saya tanyai masalah ini, balik bertanya, "Yang menerima hadiah itu wanita atau lelaki". Ketika tahu penerima hadiah adalah juara umum, sahabat saya langsung bilang, "Itu ngawur namanya, begitu kok dijadikan gurauan."

Ya memang, selain makna "sakral" sebagaimana yang masih dianut sebagian masyarakat kita, pemberian celana dalam wanita dalam makna kekinian pun masih membedakan siapa penerimanya. Jika lelaki perkasa diberi celana dalam wanita, jelas itu penghinaan. Jika lelaki memberikan kepada wanita, bisa dimaknai ajakan "urusan ranjang". Jika wanita ke wanita, bisa saja dimaknai sekedar titip barang, atau mungkin lebih dalam lagi.

Lepas dari kasus celana dalam di Kecamatan Sumarorong itu, ada hal yang bisa diambil yaitu celana dalam sebagai penutup organ intim simbol rasa malu kita ternyata telah mengalami pergeseran makna sesuai dengan definisi rasa malu itu. Mungkin karena itu pula ia muncul sebagai hadiah lomba peringatan HUT RI. 

Rasa malu selama ini ikut mengendalikan keliaran kita dalam menjalani kehidupan. Rasa malu selama ini ikut mendorong kita untuk berjalan pada rel nilai sosial kemasyarakatan yang kita anut. Rasa malu yang ditanamkan sejak dini, agar kita berjalan pada ketentuan hukum agama, hukum negara, dan hukum masyarakat.

Perubahan rasa malu yang terkait erat dengan tuntutan kebutuhan ekonomi, perkembangan pandangan hidup, seiring mengglobalnya kehidupan yang saling mempengaruhi pasti juga kita alami. Namun, dalam hal-hal tertentu menyangkut nilai etika (bukan etiket), rasa malu seharusnya tidak berubah.


Munculnya hadiah sembilan celana dalam wanita di Sumarorong itu jelas memperlihatkan perubahan nilai rasa malu di masyarakat. Atau, jangan-jangan kehadirannya di peringatan HUT RI ke-71 ini sebagai sindiran agar kita menengok kembali celana dalam kita; masihkah kita punya rasa malu ketika menjadi maling uang dan kekayaan negara? Terima kasih celana dalam, telah mengingatkan bahwa kita memang harus punya rasa malu.

Salam damai.

Bacaan pendukung:

Gara-gara Hadiah Celana Dalam Wanita, Camat Dilaporkan ke Polisi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun