Mohon tunggu...
Dail Maruf
Dail Maruf Mohon Tunggu... Guru - Ketua Yayasan Semesta Alam Madani Kota Serang

Guru pembelajar, motivator, dan penulis buku dan artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menerobos Makam Jemput Pawang Ular

28 September 2022   06:11 Diperbarui: 28 September 2022   08:00 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: sonora.id, pimaheartandvascular.com

Menerobos Makam Jemput Pawang Ular

Kisah ini terjadi 30 tahun silam saat  usia Damar  masih 1 2  tahun ketika masih kelas VI SD. Pristiwa yang heroik ini terjadi jelang subuh. Alkisah di sebuah Kampung namanya Caringin Lebak yang ada di Desa Tunjung Teja Kabupaten Serang Jawa Barat. 

Sekarang masuk Banten setelah pada tahun 2000 bersama Bangka Belitung dan Gorontalo menjadi Provinsi baru sesuai UU Otonomi Daerah.

Damar yang punya abah (sapaan Ayah) bernama  Pak M. Nur,  di luar tugas utama abahnya sebagai seorang guru agama Kemenag di MTs swasta di Kecamatan Petir, abahnya juga guru mengaji di Kampungnya. Abah mengajar ngaji awalnya hanya di rumah dan waktunya ba'da magrib dan isya. Mulai dari mengeja atau mengenalkan huruf hijaiyah hingga tahsin atau memperbaiki bacaan.

Metode jadul yang digunakan abah masih pakai Bagdadiyah, elum ada metode Iqro, Tilawari, Ummi dan lainnya. Sulit dan berat memang pakai metode bagdadiyah namun kelebihannya jika sudah bisa maka yang telah selesai mengaji pakai metoda bagdadiyah, bisa lancar mengaji Al Qur'an dari al fatihan hingga surat Annas. 

Beda dengan metoda baru yang meski sudah beres misalnya Tilawati 6, saat lanjut di Qur'an masih perlu bimbingan atau belum lancar, namun mudah dan menyenangkan.

Karena jumlah anak tetangga sekampung yang mengaji makin banyak sekitar 50 orang, ada yang masih usia SD dan ada yang sudah di SMP/ MTs. Abahnya Damar mengumumkan bahwa yang Kelas VI SD dan SMP/MTs ada tambahan ngaji  Amil (ilmu Nahwu) bada subuh. Anak-anak bisa menginap di Mushalla dan nanti mengaji di sana.

Suatu pagi menjjelang Subuh, seperti biasa Abah Nur sudah  berangkat menuju Mushalla yang jaraknya 500 meteran dari rumahnya. Kami kadang dibangunkan pukul 04.00 supaya ada waktu untuk mandi dan berwudu serta sholat  tahajjud atau qobliyah subuh.

Yang ketuk-ketuk pintu bukannya Abah Nur, malah isrinya (Ibu Damar) yang histeris panic, bilang : " abah dicongcong oray taneuh"  ( abah dipatuk ulat tanah), tolong susulin pawing ular Mang Narman di Caringin Pasir.  Itu tetangga kampung yang jaraknya sekitar 1,5 KM. Damar kecil kaget bukan kepalang.

Damar membanyangkan jika Abahnya meninggal karena dipatok ular tanah yang bisa (racunnya) ganas. Sehingga ia langsung ke luar pintu Mushalla dan lupa pakai sandal langsung saja lari menerobos pagi yang masih gulita karena memang masih pukul 4.00 sedangkan subuhnya pukul 04.40 WIB.

Damar  berlari dan terus berlari hampir 30 menit dan tibalah di depan rumah Mang Narman Sang Pawang Ular. Ia tahu rumah tersebut karena punya teman Sekolah yang rumahnya berdekatan dengan pawang ular. Tanpa pikir panjang, Ia ketuk pintu itu sambil ucap salam dan manggil nama yang punya rumah.

            Damar :  "Assalamu 'alaikum, Mang Narman tolong...tolong.. Abah saya dipatok ular tanah".

Damar lakukan itu hingga 3 x, dan terdengar suara dari dalam rumah, Ya tunggu sebentar, Saya ambil peralatan dulu. Keluarlah mang Narman dan langsung mengenali Damar. Meski tetangga kampung Damar banyak mengenal orang-orang di kampung tersebut, karena sering menggantikan ibunya jaga warung jika sedang belanja.

Hayu atuh kita segera ke rumah Abah Nur, bahaya jika terlalu lama kawatir bisa ular sudah naik ke jantung. Iya mang Narman, hayu. Kami berdua berjalan cepat setengah berlari. Setibanya di depan rumah para santri yang tidur di Mushalla berkerumun. Mengetahui kedatangan Damar bersama Mang Narman ada yang betanya : " Itu mang Narman siapa yang susulin?"

            Damar menjawab : " Saya tadi panik dan langsung lari sampai lupa gak pakai sandal".

            Santri X : " Waw, berani banget itu melewati 2 tanjakan kembar yang ada kuburannya?"

            Damar : " Sudah gak kepikiran, Saya sangat ketakutan kalau abah tak tertolong, jadi lupa semuanya yang serem-serem".

Para santri : " Hebat ya, jadi berani karena ada rasa takut yang lebih besar dari takut ketemu hantu yang seram yang sering muncul kata orang-orang".

Damar : " ya begitulah, yang terpikirkan abahku tertolong, itu saja".

Senentara mang Narman sudah mengikat dengan lebih kuat paha abahnya Damar, agar bisa tertahan. Mang Narman tampa ragu setelah menemukan titik bekas gigitan ular dengan penerangan senter, langsung menghisapnya dan memuntahkan apa yang ia hisap dari bekas patokan ular tanah, hingga 3x hisapan.

Selanjutnya ia menempelkan batu berani (macam magnet alam) di bekas luka gigitan ular, sebelumnya dibacakan doa dan dikompres dengan air hangat. Lalu diikat agar tidak jatuh. Setelah beres berpesan nanti sore akan diperiksa kembali ba'da ashar. Batu berani biasa kami gunakan jika ada yang digigit kalajengking sama ditempeklan dan diikiat, katanya bisanya tak menyebar tersedot batu tersebut.

Ibunya Damar mengiyakan, dan menyampaikan ucapan terima kasih sambil menyerahkan sedikit uang ke tangan mang Narman, berucap : "ini mohon diterima untuk dibuatkan racikan penawar nanti sore.  Mang Narman menjawab : "Baik bu, terima kasih".  Langsung pamit dan kembali pulang ke rumahnya.

Para santri pun karena sudah terdengar adzan subuh, diminta kembali ke Mushalla untuk sholat subuh berjamaa'ah,  ditugaskan tadarus saja setelahnya, disimak oleh temannya bergantian setelah itu boleh langsung pulang persiapan ke Sekolah masing-masing.

Padalah yang diceritakan para santri itu memang benar, bahwa ada tanjakan kembar yang dikanan kirinya ada pemakaman terkenal angker. Beberapa sopir truk pengangkut pasir dari Ciujung mundur, tak bisa melaju karena ada ular sebesar pohon kelapa yang melintang menghalangi, padahal tanjakan tersebut cukup curam denga kemiringan hampir membentuk sudut 60 derajat.

 Ada pula kisah yang menyatakan ada pula truk mundur karena melihat sekelebatan bayangan wanita yang berjalan tak menapak ke tanah dengan rambut panjang terurai, sambi tertawa : " hi --hi---hi..." dan Damar kecil juga sebenarnya merinding bulu kuduknya, nmun tetap melanjutkan lari sekencangnya karena dorongan menolong abahnya lebih kuat dari rasa takutnya pada seramnya tanjakan kembar yang seram itu.

Alhamdulillah, Abahnya  Damar hanya ijin 1 hari saja tidak masuk pas hari kejadian. Besoknya sudah masuk mengajar di MTs tempat ia bertugas. 

Luar biasa tabib tempo dulu, mujarab, mungkin karena keyakinan dan keihlasannya menolong paseien maka mampu menyembuhkan banyak orang. Abah tak cacat misalnya kakinya pincang dan sebagainya, mungkin pas disedot atau dihisap oleh mang Narman , bisa ularnya terambil dan kebuang sehinga cepat sembuh dan pulih. Terima kasih  mang Narman moga Allah membalas semua jasa baikmu menolong abah Damar.

Hikmah bagi kita adalah : fokus pada tujuan, akan membuat kita mengabaikan masalah-masalah yang timbul dalam mencapai tujuan tersebut, sehinga tak dikeluhkan dan terus bergerak agar tujuan itu bisa dicapai. Selamat beraktifitas dan salam Sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun