Mohon tunggu...
Daffa Pratama
Daffa Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hanya mahasiswa biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bagaimana Jika Hutan Rusak?

7 November 2022   20:24 Diperbarui: 4 Desember 2022   16:40 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hutan merupakan ekosistem kompleks yang berpengaruh pada hampir setiap spesies yang ada di bumi baik itu yang berhabitat hutan (Flora dan Fauna) maupun yang tidak (Manusia). Sehingga ketika saat hutan tergradasi menglami kritis, maka akan berdamoak menyebabkan berbagai macam bencana, baik itu lokal maupun di seluruh dunia.

Namun secara data tidak dapat tipungkiri bahwa kerusakan hutan yang terjadi hampir diseluruh dunia, Sebagian besar disebabkan dimana kerusakan tersebut  oleh aktivitas manusia. Hal ini di dasari oleh Data yang dikumpulkan oleh FAO. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), hampir 7,3 juta hektar hutan diseluruh dunia hilang setiap tahunnya. Serta pemicu terbesar kegiatan kerusakan hutan adalah kegiatan industri, terutama industri kayu. Selain itu juga terdapat faktor lainnya seperti karena alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan atau bisa juga dijadikan sebagai lahan pemukiman bagi warga.

Metode yang umum dalam kegiatan deforestasi hutan adalah dengan membakar hutan atau dengan cara menebang pohon-pohonnya secara liar. Yang dimana praktek tersebut  mengakibatkan tanah menjadi tandus, dan dapat menimbulkan berbagai macam bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai area hutan paling luas yang berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat hutan Indonesia pada 2021 seluas 95,6 juta hectare atau 50,9% bagian wilayah negara indonesia. terutama di wilayah Kalimantan sebagai pusat dari kehutanan di indonesia. Maka tak heran banyak yang mengenal Kalimantan sebagai paru-paru dunia.

Namun Seiringnya waktu berlalu, angka jumlah hutan alam di Indonesia terutama di wilayah Kalimantan dan Sumatera kian menyusut begitu cepat. Hal ini terjadi karena disebabkan banyak hutan rusak yang mengancam kehidupan mahluk hidup didalamnya, baik itu hewan ataupun manusia. Karena banyak hutan rusak yang mengancam kehidupan mahluk hidup didalamnya, baik itu hewan ataupun manusia.

Sebagai negara yang memilki jumlah luas hutan terbesar dengan 50,9% dari luas negaranya .Keanekaragaman sumber daya alam di Indonesia pun merupakan kekayaan dan tulang punggung ekonomi dan sumber daya negara. Hutan dan hasil-hasilnya merupakan sumber daya yang maha hebat.

Yang dimana bagi Indonesia menduduki urutan kedua dalam penghasilan devisa negara. Hal ini dilihat dari bukti terjadinya eksploitasi di beberapa kawasan hutan di Kalimantan Akibat eksploitasi secara mekanik tersebut timbullah erosi, bahaya banjir dan kerusakan lingkungan. Akibat eksploitasi secara mekanik tersebut timbullah erosi, bahaya banjir dan kerusakan lingkungan

Tetapi di pihak lain, justru menghadapi permasalahan dalam pengolahannya Hal itu jelas terlihat, tanpa pengelolaan yang baik antara penanaman kembali (regenerasi) dan penerapan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) merupakan salah satu sistem silvikultur untuk mengatur pemanfaatan hutan alam produksi di Indonesia. 

Maka dampak dari sangat sulit untuk didapatkan hasil yang lestari dari hutan tropis tersebut dalam pelaksanaanya. Sehingga Pemerintah pun gencar melakukan pelestarian hutan didasari oleh hal tersebut. Dengan usaha pemerintah dalam pelestarian sumber daya hutan tidak hanya melalui undang-undang, peraturan dan kebijakan dengan tujuan memberikan efek jera bagi para pengrusak hutan.

Tetapi meskipun hal tersebut terjadi tidak menutup kemungkinan melalui program-program penghijauan, regenerasi hutan serta penyuluhan kepada masyarakat. Dengan edukasi mengenai bahaya perladangan berpindah, membakar hutan dan sebagainnya sudah mulai di galakkan oleh presiden demi menghindari kerusakan hutan yang lebih parah.

Namun juga dalam pelaksanaan program-program tersebut, tidak jarang kita temui berbagai efek samping yang dapat mencemarkan lingkungan. Sebagai salah satu contoh yang menarik adalah penerapan intensifikasi pertanian melalui penggunaan bibit unggul, pupuk, serta pestisida dengan tujuan agar para petani tidak berpindah-pindah tempat untuk bertani. Namun hal itu mermiliki efek samping. Karena akibat pemakaian pestisida, dapat banyak memunculkan hama yang pada akhirnya memaksa para petani untuk melakukan perpindahan kebun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun