Pendahuluan
David Van Reybrouck dalam bukunya Revolusi: Indonesia and the Birth of the Modern World mengawali cerita dalam bab pertamanya yang menarik dengan pengalaman pribadinya, di mana ia menuliskan situasi yang penuh dengan ketegangan dan dinamika sosial-politik yang terjadi di Jakarta pada 14 Januari 2016.
Kala itu, Van Reybrouck berada di sebuah hotel di Jakarta, yang mana saat itu bersamaan dengan terjadinya serangan teroris yang mengguncang ibu kota Indonesia. Meskipun serangan ini tidak sebesar serangan Bom Bali 2002 atau Tsunami Aceh 2004, peristiwa yang terjadi pada 14 Januari 2016 ini membuka sebuah refleksi tentang bagaimana Indonesia, dengan segala kompleksitasnya, sering kali tidak mendapatkan perhatian internasional yang seharusnya.
Konteks Serangan 14 Januari 2016: Tanda Ketegangan Sosial dan Politis
Pada tanggal 14 Januari 2016, Jakarta diguncang oleh serangan teroris yang melibatkan anggota kelompok ekstremis yang menyerang pos polisi dan meledakkan bom di dekat pusat perbelanjaan yang populer. Meskipun serangan ini mengakibatkan delapan korban jiwa dan puluhan luka-luka, perhatian internasional terhadap Indonesia cepat sekali memudar.
Kejadian ini menunjukkan ketegangan yang terus berkembang dan menjadi spotlight di dalam negeri, meskipun Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan komunitas Muslim terbesar sering kali tidak mendapatkan sorotan media internasional sama sekali.
Serangan tersebut juga menggambarkan bagaimana ancaman ekstremisme tetap menjadi bagian dari narasi politik dan sosial di Indonesia. Kendati serangan ini tidak memiliki dampak sebesar tragedi Bom Bali 2002 atau bencana alam seperti Tsunami Aceh 2004, peristiwa ini mencerminkan bagaimana Indonesia terus berjuang dengan dinamika internal yang kompleks, mulai dari isu radikalisasi hingga hubungan internasional yang penuh dengan ketidakjelasan.
Indonesia: Bangsa Raksasa yang Terlupakan
Salah satu pandangan utama yang diungkapkan Van Reybrouck adalah bagaimana bangsa dan negara Indonesia, meskipun memiliki populasi lebih dari 268 juta orang dan menjadi negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, sering kali terlupakan oleh narasi dunia internasional.
Indonesia, sebagai negara dengan komunitas Muslim terbesar di dunia dan penghasil utama sumber daya alam seperti kelapa sawit, karet, dan timah, tidak mendapatkan sorotan yang memadai dalam wacana global.
Van Reybrouck menyoroti bahwa, meskipun Indonesia adalah negara yang sangat besar dan memainkan peran penting di kawasan Asia Tenggara, negara ini sering kali dianggap sebagai negara yang “terlupakan” di luar kawasan tersebut. Hal ini terlihat jelas dalam kekurangan literatur atau pembahasan tentang Indonesia di toko buku internasional. Negara-negara seperti Myanmar, Vietnam, Afghanistan, atau Korea yang memiliki jumlah penduduk lebih kecil sering kali mendapatkan lebih banyak perhatian daripada Indonesia.
Fenomena ini juga tercermin dalam pandangan internasional yang kadang terfokus pada permasalahan yang lebih sensasional atau mencolok di kawasan lain, sedangkan negara Indonesia yang stabil dan berkembang sering kali terabaikan. Ini menunjukkan bagaimana Indonesia, walaupun menjadi kekuatan ekonomi dan politik yang signifikan, tidak selalu dihargai atau diperhatikan dengan proporsional di tingkat global.