Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta || Nasionalis-marhaenis || Adil sejak dalam pikiran..

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Politik

PBB (United Nations Organization) & Imperialisme: Refleksi Tan Malaka atas Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

14 Februari 2025   19:00 Diperbarui: 24 November 2024   03:10 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
K. H. Agus Salim, Dr. Sumitro Djodjohadikusumo, Sutan Syahrir, dan Charles Tambu di DK-PBB (Sumber: @potretlawas via X)

A. Posisi Indonesia dalam Hubungan dengan UNO dan Imperialisme Global

Tan Malaka menyoroti kontradiksi antara prinsip yang diusung oleh UNO, seperti hak menentukan nasib sendiri, dengan realitas politik global yang sering kali menguntungkan negara-negara imperialis. Dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia, ia menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 adalah bentuk nyata pelaksanaan prinsip UNO. Namun, dukungan UNO terhadap kemerdekaan Indonesia tidak sesuai harapan, karena pengaruh negara-negara besar yang memiliki kepentingan kolonial.

1. UNO dan Sikap Negara Imperialis terhadap Kemerdekaan Indonesia

a) Prinsip Hak Menentukan Nasib Sendiri

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945): Merupakan manifestasi dari prinsip menentukan nasib sendiri yang tercantum dalam Piagam UNO. Dalam hal ini, UNO seharusnya mendukung Indonesia dalam menghadapi agresi Belanda sebagai tindakan penjajahan.

b) Dukungan Negara Imperialis terhadap Agresi Belanda

Tan Malaka mengungkapkan bagaimana negara-negara imperialis, yang juga anggota UNO, justru mendukung agresi Belanda terhadap Indonesia:

  • Inggris: Membantu Belanda kembali masuk ke wilayah Republik dengan mengerahkan pasukan untuk mendukung operasi militer Belanda.
  • Amerika Serikat: Amerika membantu melatih dan memperlengkapi tentara Belanda. Selain itu, bantuan ekonomi Amerika untuk menjaga keberlanjutan operasi militer Belanda di Indonesia.
  • Sikap Soviet Rusia: Berbeda dengan Inggris dan Amerika, Soviet Rusia memberikan dukungan diplomatik kepada Indonesia. Ini mencerminkan adanya perbedaan kepentingan antara blok sosialis dan blok kapitalis dalam konteks imperialisme global.

2. UNO sebagai “Tribune” dalam Diplomasi Internasional

Meskipun Tan Malaka skeptis terhadap UNO, ia mengakui bahwa organisasi ini tetap dapat dimanfaatkan sebagai mimbar (tribune) untuk memengaruhi opini dunia:

  • Meningkatkan Kesadaran Global: Republik Indonesia dapat menggunakan forum UNO untuk menyampaikan kebenaran tentang perjuangannya, menarik simpati dunia, dan memengaruhi opini publik internasional.
  • Kehati-hatian dalam Diplomasi: Tan Malaka mengingatkan agar Indonesia tetap netral dan tidak terjebak dalam konflik antara blok imperialis dan sosialis. Hal ini penting untuk menjaga kepentingan nasional Indonesia.

3. Bahaya Ketergantungan pada KTN dan UNO

a) Peran KTN (Komisi Tiga Negara)

KTN, yang terdiri dari perwakilan negara-negara imperialis, sering kali berperan lebih untuk melindungi kepentingan kolonial daripada mendukung perjuangan kemerdekaan. Tan Malaka mengkritik sikap “ya-tuan-besarkan” terhadap KTN, yang berisiko melemahkan kedaulatan diplomasi Indonesia.

b) Republik sebagai Non-Anggota UNO

Indonesia bukan anggota penuh UNO, sehingga keputusan yang diambil tanpa partisipasi Indonesia sering kali bertentangan dengan kepentingan nasional. Hal ini menjadi alasan kuat bagi Indonesia untuk tidak sepenuhnya tunduk pada keputusan UNO yang tidak mendukung kemerdekaan.

4. Strategi Kemerdekaan Tanpa Ketergantungan pada UNO

Tan Malaka menekankan pentingnya perjuangan mandiri, baik dengan maupun tanpa dukungan UNO, untuk mencapai kemerdekaan sejati:

  • Kemandirian Rakyat Indonesia: Dengan jumlah penduduk 70 juta dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk mempertahankan kemerdekaan melalui perjuangan kolektif rakyat.
  • Menunjukkan Ketangguhan: Republik Indonesia harus menunjukkan kekuatan militernya, meskipun dengan alat sederhana seperti bambu runcing, granat, dan mortir. Ketangguhan ini akan memberikan sinyal kepada dunia bahwa Indonesia adalah kekuatan yang tidak bisa diabaikan.
  • Memanfaatkan Ketergantungan Ekonomi Negara Imperialis: Amerika dan Inggris mendukung Belanda karena kepentingan ekonomi mereka (getah, minyak, kina, dll.). Namun, jika mereka melihat bahwa Indonesia dapat menawarkan sumber daya ini dengan harga lebih murah, mereka mungkin meninggalkan Belanda dan bekerja sama langsung dengan Republik.

B. Kesimpulan

1. Jalan Menuju Perdamaian yang Efektif

Tan Malaka memberikan wawasan yang mendalam tentang peran dan tantangan UNO dalam menjaga perdamaian dunia. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah:

  • UNO Sebagai Alat Perdamaian: UNO memiliki kerangka kerja yang jelas untuk menangani ancaman terhadap perdamaian, tetapi efektivitasnya bergantung pada kesepakatan antarnegara anggota.
  • Reformasi Diperlukan: UNO membutuhkan reformasi struktural, terutama dalam hal penggunaan hak veto dan distribusi kekuasaan dalam Dewan Keamanan.
  • Keadilan Internasional: Untuk mencapai perdamaian yang sejati, UNO harus menegakkan prinsip keadilan internasional tanpa keberpihakan, termasuk dalam menangani konflik antara negara besar dan kecil.
  • Peran Negara Kecil: Negara-negara kecil dan berkembang harus diberdayakan untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan di UNO, sehingga suara mereka tidak terpinggirkan.

UNO tetap menjadi harapan besar bagi perdamaian dunia, tetapi keberhasilannya memerlukan komitmen global untuk mengatasi pertentangan antarnegara dan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan nasional. Dengan perubahan yang tepat, UNO dapat menjadi alat yang efektif dalam menciptakan dunia yang lebih damai dan adil.

2. Perjuangan Mandiri sebagai Kunci Kemerdekaan

Tan Malaka menyimpulkan bahwa meskipun UNO memiliki potensi untuk mendukung perjuangan kemerdekaan, Indonesia tidak dapat sepenuhnya bergantung pada organisasi tersebut. Beberapa poin utama dari pembahasan ini adalah:

  • Kemandirian adalah Prioritas: Perjuangan kemerdekaan harus berlandaskan pada kekuatan internal rakyat Indonesia, bukan pada belas kasihan atau dukungan negara lain.
  • UNO sebagai Alat, Bukan Tujuan: UNO dapat digunakan sebagai alat diplomasi untuk meningkatkan dukungan internasional, tetapi keputusan dalam perjuangan kemerdekaan tetap harus berada di tangan bangsa Indonesia.
  • Kritik terhadap Negara Imperialis: Dukungan Inggris dan Amerika terhadap Belanda menunjukkan bahwa kepentingan ekonomi sering kali mengalahkan prinsip keadilan internasional.
  • Strategi Ekonomi: Dengan memperlihatkan kekuatan dan menawarkan kerja sama ekonomi yang lebih menguntungkan, Indonesia dapat mengubah sikap negara-negara imperialis seperti Amerika dan Inggris.
  • Kemerdekaan 100% adalah Tujuan Akhir: Dengan atau tanpa dukungan UNO, Indonesia harus terus memperjuangkan kemerdekaan penuh. Ketangguhan dalam menghadapi agresi, baik secara militer maupun diplomatik, adalah kunci keberhasilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun