Analisis kimia mungkin tampak jauh dari kehidupan sehari-hari, tetapi hasilnya hadir di setiap meja makan kita. Tanpa pengawasan mutu, masyarakat berisiko mengonsumsi makanan yang mengandung cemaran logam berat, bahan tambahan berbahaya, atau nutrisi yang menurun kualitasnya.
Laporan BPOM RI (2022) mencatat bahwa lebih dari 1.800 produk pangan olahan di Indonesia tidak memenuhi standar mutu dalam setahun terakhir. Fakta ini memperlihatkan bahwa sistem pengujian laboratorium yang ketat merupakan benteng utama dalam menjamin keamanan pangan nasional.
Dampak Paparan Bahan Kimia terhadap Kesehatan
Paparan bahan kimia dalam makanan dapat memberikan dampak serius terhadap kesehatan. Logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) diketahui bersifat toksik dan dapat menyebabkan kerusakan ginjal, gangguan sistem saraf, bahkan meningkatkan risiko kanker (Jomova et al. 2025).
Selain itu, penelitian oleh Geueke et al. (2025) menunjukkan bahwa bahan kimia dari kemasan makanan dapat bermigrasi ke dalam pangan dan bertindak sebagai pengganggu hormon (endocrine disruptors)Â atau bersifat karsinogenik.
Kondisi serupa juga dilaporkan oleh Chowdhury et al. (2024) di Bangladesh, di mana kadar timbal dan kadmium dalam sayuran melebihi batas aman WHO, menyebabkan risiko kesehatan baik karsinogenik maupun non-karsinogenik. Fakta-fakta ini menegaskan bahwa analisis kimia pangan bukan sekadar kegiatan laboratorium, melainkan upaya perlindungan kesehatan masyarakat.
Penutup
Magang di Balai Pengujian Mutu Pangan memberikan wawasan bahwa analisis kimia memiliki peran krusial dalam memastikan keamanan pangan. Di balik setiap produk yang kita konsumsi, terdapat proses ilmiah yang panjang, mulai dari pengujian bahan baku hingga penentuan kelayakan produk.
Dengan adanya pengawasan mutu berbasis analisis kimia, masyarakat dapat merasa aman bahwa makanan yang dikonsumsi tidak hanya lezat, tetapi juga sehat dan memenuhi standar keamanan global.
Referensi