Setiap bulan puasa Ramadan, istilah "Takjil" ini selalu hadir dan sering disebut bagi umat Islam yang berpuasa menjelang berbuka. Itu karena Takjil selalu diidentikkan dengan makanan yang tersaji saat berbuka puasa.
Maka saat menjelang berbuka puasa itulah, masyarakat Muslim beramai-ramai mencari makanan berbuka puasa yang banyak dijual di tepi jalan.Â
Di kalangan generasi milenial sekarang ini, berburu takjil tersebut mereka sebut dengan istilah 'War Takjil', alias "Perang Takjil. Itu dilakukan baik terhadap usaha UMKM, maupun yang hanya sekedar toko kue dengan sistim konsinyasi (titip jual).
"Para penjual takjil masih menguasai jalan-jalan di perkampungan. Seperti gorengan, lontong dan es buah masih unggul sementara nasi Padang blom ramai pembeli. Untuk mie ayam pada pesan, kuahnya dipisah," kata Toto Rohadi.
Mas Toto, begitu sapaan teman yang tinggal di Jakarta Pusat ini, bertingkah seperti reporter televisi melaporkan dari lokasi penjualan takjil. "Demikian laporan pandangan mata dari Pedati arah Kalibata dan sebaliknya," kata Mas Toto.
Sebaliknya mereka yang pintar bikin kue atau masakan untuk disantap saat berbuka puasa, memang tidak masalah sebab tidak perlu repot "berburu" takjil. Cukup beli bahan-bahannya di pasar lalu diolah sendiri di rumah.
Nah, begitulah yang keluarga kami alami. Jika rezeki pas-pasan, makanan dan kue buka puasa dibuat sendiri. Kecuali saat rezeki berlebih, buka puasa di luar rumah sambil memboyong anak-istri, manti dan cucu berbuka puasa di mal atau restoran hehehe...
Saya sekeluarga memang tidak muluk-muluk mencari takjil. Kecuali yang murah-meriah apalagi istri di rumah memang pintar bikin kue.
Kebetulan rata-rata takjil favorit selama Ramadan, bisa dibuat sendiri oleh istri di rumah. Mulai dari gorengan, es buah, es blewah bahkan tempe mendoan.
Nah beginilah semarak takjil versi istri saya yang saya abadikan melalui video dan posting di Youtube di bawah ini: