Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit, Owner www.nurterbit.com, Medsos: X @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG: @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com, aliemhalvaima@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aksara Lontara Sebagai Pelajaran Muatan Lokal Kenapa Dihapus?

12 Februari 2025   22:41 Diperbarui: 12 Februari 2025   23:05 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk Aksara Lontara khas Makassar (foto Liputan6/Ahmad Yusran/Nur Terbit)

Aksara Lontara Sebagai Pelajaran Muatan Lokal Kenapa Dihapus? (Catatan : Nur Terbit)

Bagi yang lahir dan sekolah SD di Sulawesi Selatan (Sulsel) khususnya di Kota Makassar era 1960-1970-an, tentu masih mendapatkan pelajaran bahasa daerah dengan menulis Huruf Lontara atau Aksara Lontara.

Saya ingat waktu masih sekolah di SD di Makassar, ada pelajaran bahasa daerah dengan huruf atau tulisan Lontara (aksara Lontara). Sekarang bahasa daerah tersebut sudah dihapus. Anak SD di Makassar sekarang sudah tidak bisa baca Lontara.

Aksara lontaran itu sendiri, tidak ada huruf mati, yang ada "ka, gak, nga, wa, ra, sa, a, ha" semacam abjad dalam versi Makassar. Karena tidak ada huruf mati itulah, kalau salah baca, bisa bermakna lain. Contohnya:

"Nasambilai Balla Datoka" (artinya, dia melempar Balla Dato, rumah ibadah umat Budha).

Bisa salah baca menjadi:

"Nasambilai na Balanda Attokka" (dia melempar, tapi kepala orang Belanda yang kena sampai pitak, petok...)

Contoh lain yang lebih parah:

"Natunui Pajjannanganga" (artinya: dia sedang menyalakan lampu teplok, lampu minyak tanah).

Bisa salah baca menjadi: "Nattunui napajana nganga" (dia nyalakan lampu minyak, tapi, maaf, pant**nya yang menganga)  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun