Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Mudik Masih Bujangan, Balik Sudah Beristri

13 Mei 2022   09:58 Diperbarui: 13 Mei 2022   10:56 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transit di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dalam pelayaran dari Makassar ke Jakarta (foto dok Nur Terbit)

Bukan itu saja. Bahkan pemudik sepeda motor, juga diajak beralih ke lapal Laut Pelni. Dua kapal bagi pemudik motor tersebut, masing-masing adalah Kapal Motor (KM) Dobonsolo dan KM Ciremai.

"Kedua kapal ini merupakan kapal 3 in 1 yaitu kapal yang dapat mengangkut orang, barang dan kendaraan," kata Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub, Capt Mugen S. Sartoto, dikutip dari POSJAKUT Sabtu 23 April 2022.

Maka sedikitnya ada 1.182 pemudik gratis diangkut oleh kapal KM Ciremai bersama 466 motor mereka. Pemudik ini diangkut dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Emas Semarang dan Tanjung Perak Surabaya.

Pemudik yang semula pulang ke daerah dan sudah balik lagi ke rantau (arus balik), tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara menggunakan kapal laut KM Ciremai dan KM Dobonsolo milik PT Pelni dalam dua gelombang.

Kapal penumpang KM Ciremai tersebut membawa pemudik gratis pada arus balik dari Semarang dan Surabaya. 

Mereka tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pukul 07.30 Wib pada Rabu 11 Mei 2022 membawa 1182 orang dan 466 unit motor. Disusul dengan rute yang sama, diangkut dengan KM Dobonsolo.

*****

Seperti di awal tulisan ini, masa mudik lebaran sudah berlalu. Kini sudah berganti arus balik. Ya, rame-rame balik lagi ke perantauan -- tempat mencari nafkah, juga "sesuap nasi dan segenggam berlian" untuk keluarga. 

Kalau bicara mudik, maka mudik tahun 1987 -- dari Jakarta ke Makassar -- adalah peristiwa monumental dalam sejarah kehidupan saya selanjutnya. Mudik kala itu, untuk kedua kalinya sejak 7 tahun di perantauan (1980 - 1987).

Maklum, mudik 1987 itulah adalah "ritual" pulang kampung yang paling spektakuler bagi saya. Apalagi mudik dan arus balik dengan kapal laut. Kenapa?

Ya, seperti inti judul tulisan saya di atas: PULANG MUDIK MASIH BUJANGAN, GILIRAN BALIK EH SUDAH BAWA ISTRI !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun