Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Praktik Senioritas di Kantorku, Sempat Membuatku Depresi

30 Juli 2021   10:47 Diperbarui: 31 Juli 2021   09:48 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis sendiri mulai bergabung sejak tahun 1980-an sebagai koresponden atau wartawan yang berkedudukan di luar Jakarta, yakni di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Gaji pertama penulis adalah dibayar berupa honor berdasarkan berita atau tulisan yang dikirim dari Makassar lalu dimuat oleh redaksi di Jakarta. Selanjutnya terhitung sejak September 1984 penulis pindah ke Jakarta dan resmi sebagai reporter atau wartawan bergaji Rp 60.000/bulan.

Koran sore HARIAN TERBIT edisi Selasa, 1 Maret 2016 versi manajemen baru (foto : Nur Terbit)

Pola Pengangkatan Wartawan
Selama jadi wartawan Harian Terbit, beberapa kali perusahaan menerima karyawan maupun wartawan (rekrut). Rata-rata mereka lulusan S1 perguruan tinggi yang semula magang di Harian Terbit.

Setelah magang selesai, mereka lalu melamar jadi wartawan dan resmi diterima. Tapi tidak sedikit yang menjadi wartawan karena memang sebelumnya adalah pegawai staf redaksi atau bagain iklan, pemasaran, lay out yang ingin mengadu nasib.

Penulis sendiri yang sudah bergabung sejak masih sebagai koresponden di daerah Makassar, juga harus tetap mengikuti prosedur magang beberapa bulan di Jakarta lalu kemudian diangkat secara resmi sebagai wartawan tetap. 

Celakanya, sebab masa kerja sebagai koresponden di daerah tidak dihitung, namun hanya diberi dispensasi dengan langsung diterima sebagai reporter tanpa test, meski harus tetap menjalani proses magang.


Dari wartawan bidang perkotaan, ekonomi, agama, politik, olah raga, hiburan, kesehatan, pendidikan dan lain-lain.

Termasuk tentu saja penulis. Semua bidang dan pos penugasan sudah semua saya jalani, kecuali menjadi wartawan istana. Seleksinya ketat. Tapi, ada pengalaman menarik saya sewaktu liputan di dunia hiburan, tepatnya sebagai "wartawan gosip". Saya dapat titipan pertanyaan dari kantor agar artis yang diwawancarai ditanya nomor BH-nya. Waduh...

Baca juga : Wartawan Gosip, BH-nya Nomor Berapa?

Setelah melewati semua bidang liputan, biasanya wartawan yang bersangkutan --- karena sudah dianggap "senior" --- lalu ditarik dari lapangan mengisi jabatan redaktur mengawasi dan menjadi penanggung jawab halaman atau rubrik bidang liputan tertentu. Bisa juga menjadi asisten redaktur sebelum jadi redaktur tetap. 

Tapi tidak semua yang diangkat ini karena dianggap berprestasi, ada juga yang ditarik dari lapangan dan mengisi jabatan sebagai redaktur karena "hukuman" atau "buangan". Jenjang karier seorang wartawan terkesan tidak jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun