[caption id="attachment_153829" align="alignright" width="300" caption="Koleksi wayang di Museum Wayang Jakarta (Foto: Suprihardjo)"][/caption] "Dalam sejarahnya pergelaran wayang baik wayang kulit, wayang beber maupun wayang golek sering dijadikan media dakwah, penyebaran agama, kampanye, ataupun sosialisasi suatu program," kata Suprihardjo, wartawan senior yang banyak menulis tentang museum dan pewayangan. Wayang Kancil misalnya, yang diciptakan Ki Lejar pada tahun 1925 digunakan untuk media pendidikan dengan cerita dongeng Si Kancil. Sedangkan Wayang Sadat, dibuat 1985 oleh Suryadi Warnosuhardjo, seorang guru matematika SPG Muahmmadiyah Klaten, Jawa Tengah digunakan untuk visualisasi keislaman dengan suasana pesantren dengan menggunakan budaya Jawa. Karena itu wayangnya juga ada yang memakai sorban, jubah dan kain sarung, dengan iringan bedug serta ucapan salam Assalamualaikum. Kisahnya sekitar kisah Walisanga waktu menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Juga wayang Sasak di Lombok, mengambil kisah Amir Hamzah yaitu Paman Nabi Muhammad SAW. Namun tokoh Amir Hamzah diubah dengan nama Indonesia (Jawa) yaitu Wong Agung Menak Jayengrana. [caption id="attachment_153838" align="alignright" width="300" caption="Gedung Museum Wayang di Kota Tua, Taman Fatahillah, Jakarta (Foto: Google)"]