Melalui industri musik, seorang pemuda penyandang Cerebral Palsy menyuarakan isi hati dan pikirannya kepada dunia. Kemampuan menulisnya ia asah selama menimba ilmu di Bandung. Hal ini terwujud dalam buku kumpulan puisi dan novel yang berhasil diterbitkannya pada akhir masa pendidikannya di Bandung.
Saat kembali ke Cianjur, ia dipertemukan dengan sebuah grup musik lokal. Dengan berkelakar, ia mengajak mereka berkolaborasi menciptakan sebuah lagu. Grup musik bernama D'Kamp Project itu pun menyetujui ajakannya. Akhirnya, proses produksi lagu dimulai oleh pemuda ini, pentolan grup musik Kojo, dan pentolan grup musik Sunda Woles yang tergabung dalam D'Kamp Project.
Proses produksi lagu membutuhkan waktu sekitar enam bulan. Hal ini disebabkan komposer lagu masih tinggal di Bogor dan tidak memiliki peralatan musik. Beruntungnya, kendala tersebut tidak berlangsung lama.
Sang pemuda dan komposer akhirnya kembali bersama menggarap lagu tersebut. Enam bulan berlalu, lagu "Cinta dari Cerebral Palsy" pun dapat tayang di YouTube dan didengarkan melalui Spotify.
"Cinta dari Cerebral Palsy" merupakan cara pandang sang pemuda terhadap cinta yang ia terima dan berikan kepada individu lain. Bisa kepada orang tua, teman, guru, mahasiswa yang pernah praktik di sekolahnya, atau siapa pun. Kelumpuhan otak, arti dari Cerebral Palsy, tidak mencakup kelumpuhan hati untuk merasakan pahit manisnya cinta.
Bait pertama dari lagu "Cinta dari Cerebral Palsy" sarat akan kesadaran tentang kepasrahan pada kondisi diri. "Dari jauh 'ku hanya bisa membayangkan" menggambarkan keresahan di hati penulis bahwa ia ingin mendekati seseorang, namun keterbatasan fisik seolah menghambat geraknya.
Seakan ingin memberi penegasan, pada bagian reffrain lagu menguatkan keadaan diri. "Berjalan 'ku tak bisa". Namun, sang penulis tidak ingin pendengar lagu "Cinta dari Cerebral Palsy" merasa iba dengan keadaan tersebut. Karena sejatinya, hal itu sama saja seperti adanya warna hitam-putih, gunung-laut, rimbun-gersang, melihat-tidak melihat, mendengar-tidak mendengar, dan tentunya berjalan-tidak berjalan.
Terbukti benarnya, yang tercermin pada bait selanjutnya. "Walaupun begitu hati selalu mencintaimu". Keterbatasan tidak menghalangi hati untuk memberikan kasih sayang pada sesama insan.
Kesan itu dikuatkan dengan bait selanjutnya. "Serasa tak hidup jiwa ini bila tanpamu". Pemikiran tersebut juga ada andil dari kisah perjalanan cinta teman-teman sesama disabilitas, khususnya Cerebral Palsy, dengan keindahan perjalanan cinta bersama pasangannya.
Sang penulis meyakini bahwa doa adalah senjatanya orang beriman. Hal ini terwujud pada bait "Doaku selalu untukmu", menjadi cara memberikan cinta yang setulus mungkin.