Damar dan timnya datang tanpa gentar. Ular sepanjang dua meter itu melingkar di bawah bak mandi. Warga menjerit dari luar rumah, tapi para petugas tetap tenang. Dengan penjepit khusus, ular diangkat dan dimasukkan ke karung tanpa luka.
Seorang remaja bertanya polos,
"Pak, kenapa nggak dibunuh aja ularnya?"
Damar menoleh dan berkata pelan,
"Karena dia juga cuma makhluk yang nyasar. Kita selamatkan, bukan hancurkan."
Musim hujan datang lebih cepat tahun itu. Kali meluap, air merendam rumah-rumah di bantaran. Malam itu, Damar dan timnya bukan hanya menyelamatkan warga, tapi juga ikut mengangkat kasur, membopong nenek-nenek, bahkan membangun dapur umum bersama karang taruna.
"Kita bukan cuma padamkan api, kita hidupkan harapan," katanya, sambil membagikan nasi bungkus pada anak-anak yang duduk menggigil di sudut tembok.
Kisah ini bukan sekadar fiksi. Di banyak tempat, petugas pemadam kebakaran memang menjadi garda terdepan dalam kemanusiaan---melampaui tugas utama mereka.
"Mereka adalah simbol keberanian, kepedulian, dan harapan di tengah ketidakpastian," ungkap Ari Sumarto Taslim, warga Jakarta Timur yang juga pernah minta tolong petugas Damkar mengevakuasi sarang tawon yang bersarang di rumahnya.
Karena api bukan satu-satunya ancaman, dan cinta kasih bukan sesuatu yang hanya dimiliki oleh pahlawan super di layar kaca---tapi juga oleh mereka yang berseragam oranye, di ujung jalan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI