Mohon tunggu...
Dadang Sunarwan
Dadang Sunarwan Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati pendidikan

Mencoba berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Kemandirian Satuan Pendidikan Nonformal via Kegiatan Usaha dan Pedidikan Kesetaraan

19 Juli 2023   09:13 Diperbarui: 19 Juli 2023   09:37 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Satuan pendidikan nonformal agar tetap eksis bahkan berkembang pesat memerlukan kemandirian tidak tergantung kepada uluran tangan secara gratis baik dari pemerintah maupun pihak lain pemegang kapital. Meski kemandirian itu sendiri tidak mudah melaksanakannya.

Sebuah fakta dimana ada sebuah satuan pendidikan nonformal milik pemerintah yaitu Sanggar Kegiatan  Belajar (SKB) dalam realisasi programnya belum tentu didukung penuh oleh anggaran secara khusus bahkan cenderung terabaikan. Kalaupun ada anggaran tidak sebanding dengan rencana programnya, ada kesan asal ada saja, sedikit saja. Apalagi satuan pendidikan nonformal milik swasta-dalam hal ini Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), ada ungkapan hidup segan mati tak mau.

Oleh karena itu, perlunya satuan pendidikan nonformal tersebut menunjukkan kemandiriannya dalam segala hal termasuk anggaran melalui program yang terpadu antara kegiatan pendidikan kesetaraan dan kegiatan usaha.

Kegiatan usaha yang dimaksud dengan melibatkan komponen di dalam satuan pendidikan nonformal mulai dari pengelola, pendidik, peserta didik dan orangtua peserta didik. Tahapannya yang inti di mana kegiatan usaha dikemas dalam program pendidikan keterampilan wirausaha untuk jenis keterampilan tertentu sesuai dengan potensi sekitar yang tersedia untuk diberikan kepada peserta didik program pendidikan kesetaraan.

Pendidikan keterampilan sekali lagi dirancang untuk membuat produk yang kemudian dapat laku dijual via ajang kegiatan usaha baik secara individu maupun dibuat kelompok kegiatan usaha. Penghasilannya dapat didistribusikan kepada semua pihak yang terlibat apakah itu peserta didik, pendidik, pengelola dan orangtua peserta didik dan tidak lupa ada proporsi untuk dana satuan sebagai dana operasional satuan.

Jika kegiatan usaha dengan menjual hasil produk keterampilan berjalan lancar malahan  omsetnya  terus mengalir, maka sudah dipastikan kesejahteraan semua unsur di dalam satuan pendidikan nonformal terpenuhi. Itu berarti keberlangsungan satuan pendidikan nonformal terwujud. Secara teori begitu, hanya banyak faktor yang harus diperhatikan untuk terealisasi secara nyata.

  • Faktor jenis keterampilan. Jenis keterampilan yang ditetapkan adalah jenis keterampilan yang memiliki sifat khas dan unik dengan didukung oleh ketersediaan bahan baku di daerah sekitar yang diperoleh secara mudah.
  • Faktor narasumber. Narasumber yang kompeten sesuai dengan jenis keterampilan yang dipilih sudah tentu dilakukan melalui identifikasi calon narasumber yang ada di lokasi sekitar. Tolok ukur utama adalah kompetensi teknisnya sehingga bisa saja yang bersangkutan hanya berkualifikasi pendidikan nonsarjana tetapi kompetensi teknisnya mumpuni.
  • Faktor peserta didik. Peserta didik pendidikan kesetaraan yang memang mempunyai minat mengikuti jenis keterampilan yang dipilih sehingga yang bersangkutan akan mengikuti program dari awal sampai akhir tuntas.
  • Faktor aktivitas pembelajaran keterampilan. Aktivitas pembelajaran keterampilan dengan proporsi praktek lebih besar jika dibandingkan dengan teori yang memungkinkan peserta didik menguasai secara kognitif maupun konatifnya secara berimbang yang nantinya dapat diterapkan dalam kegiatan usaha yang sesungguhnya
  • Faktor marketing. Secara umum kendala marketing merupakan kendala klasik yang dihadapi oleh sipapun yang akan menjual produknya. Sudah tentu mengatasi hal ini,  melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh semua unsur yang diorganisir secara sistematis agar target pasarnya terpenuhi dengan hasil finansial yang diharapkan
  • Faktor ketersediaan lokasi produk. Ya, membuat produk keterampilan diperlukan lokasi khusus agar tidak terganggu dan membuat nyaman peserta didik yang mengikuti kegiatan tersebut. Lokasi lahan satuan pendidikan nonformal dapat disetting sedemikian rupa sehingga dapat difungsikan untuk lokasi kegiatan keterampilan dengan tetap terjadi keberlangsungan kegiatan pembelajaran pendidikan kesetaraannya
  • Faktor dukungan pihak terkait. Produk keterampilan yang sudah jadi agar target pasar terpenuhi dan produk tersebut dapat booming sudah tentu butuh dukungan semua pihak terkait terutama dukungan diluar satuan pendidikan nonformal. Apakah itu tokoh masyarakat setempat, pejabat lokal hingga dukungan pemerintah yang lebih luas.

Disamping faktor-faktor tersebut diatas, ada satu faktor lagi yang boleh dibilang menentukan yaitu kreativitas pengelola satuan pendidikan nonformal dalam memfasilitasi terselenggaranya pendidikan kesetaraan yang terpadu dengan kegiatan usaha. Kegiatan usaha tersebut diawali dengan pemberian pendidikan keterampilan kepada peserta didik pendidikan kesetaraan.

Selama mengikuti pendidikan kesetaraan, pesera didik yang dilibatkan dalam kegiatan usaha pasca pemberian materi keterampilan tersebut dapat memperoleh income sebagai bagian dari hasil penjualan produk. Begitu juga penghasilan akan diperoleh oleh pihak lainnya seperti pendidik, pengelola dan orangtua yang terlibat dan dilibatkan. Dan dana operasional satuan pendidikan nonformal pun tersedia yang siap digunakan sesuai kebutuhan satuan tersebut.

Tepat kiranya jika setiap satuan pendidikan nonformal dimana pun untuk menunjukkan kemandirian melalui perpaduan kegiatan usaha dan pendidikan kesetaraan agar eksistensi satuan tetap terjaga, jangan sampai kolaps karena ketidakmandiriannya. Apalagi satuan itu hanya berharap banyak dari dana BOP saja, jika tidak ada BOP satuan itu gulungtikar. JANGAN SAMPAI TERJADI !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun