Mohon tunggu...
Dadang Sunarwan
Dadang Sunarwan Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati pendidikan

Mencoba berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Nonformal: Antara Ada dan Tiada

5 Juni 2023   12:15 Diperbarui: 5 Juni 2023   12:36 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di masyarakat pun mulai terbiasa dengan menyebut "Sekolah SKB" dan "Sekolah PKBM". Padahal secara akademik, istilah pendidikan formal dan pendidikan nonformal memiliki karakteristiknya sendiri.

Tetapi biarlah istilah itu berlalu, tidak terlalu dipermasalahkan dalam tataran praktisnya. Kita telaah lebih mendalam terkait dengan komponen "Pendidik" sebagai komponen penting dalam pendidikan sekolah maupun pendidikan nonformal.

Ternyata beda nasib antara pendidik di pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Hampir setiap tahun ada rekruitment secara sistemik bagi pendidik formal dan nyaris tidak ada rekruitment pendidik nonformal. 

Pendidik yang ada pun tidak ada yang berstatus PNS dan ditempatkan langsung di PKBM (rata-rata PKBM adalah swasta milik masyarakat kecuali ada di suatu daerah ada PKBM negeri sehingga ada yang personilnya PNS). Hanya ada di SKB yang mempunyai personil PNS yaitu namanya pamong belajar.  Meski tidak dapat dipungkiri, ada beberapa lembaga PKBM yang mandiri dengan pengelolaan keuangan mumpuni sehingga mampu mensejahterakan para pendidiknya.

Secara detail, komparasi pendidikan formal- sekolah dengan pendidikan nonformal-SKB/PKBM  dapat disimak dari uraian berikut. Sekolah menyelenggarakan satu jenjang seperti SD, atau SMP atau SMA dengan dilengkapi oleh berbagai program pendidikan nonformal atau sering disebut dengan ekstrakurikulernya. 

Sementara itu lembaga pendidikan nonformal-SKB/PKBM menyelenggarakan beragam program dan jenjang seperti pendidikan kesetaraan Paket A, Paket B dan Paket C dengan beragam program keterampilan di dalamnya.

Uniknya pendidik nonformal tidak selalu berkualifikasi pendidikan  yang dipersyaratkan. Lebih berdasarkan kompetensi riil yang dibutuhkan masyarakat. Hanya secara kuantitas, jumlah pendidik sering tidak berasio dengan jumlah peserta didiknya alias jumlah pendidik sangat sedikit sekali yang harus menangani beragam program dan banyak jumlah peserta didik.

Kepedulian  menjadi sisi lebih yang dikedepankan dalam pendidikan nonformal. Misalnya, peserta didik yang dianggap "bermasalah" di formal seringkali dikeluarkan tanpa ampun. Kemudian diambil alih oleh pendidikan nonformal untuk difasilitasi peserta didik tersebut sampai berhasil.

Hanya sekali lagi, di era sekarang di republik ini gaung dikotomi pendidikan formal dan pendidikan nonformal cenderung tidak terdengar karena melalui kurikulum merdeka belajar lebih menonjolkan ranah pendidikan formal sebagai cara terbaik pendidikan. Meski di dalam kurikulum merdeka belajar di sebuah sekolah sebenarnya juga menyelenggarakan layanan pendidikan nonformal dengan beragam aktivitas di luar jam sekolah.

Makanya pendidikan nonformal dapat disebut antara ada dan tiada. Ada karena dapat diselenggarakan oleh berbagai pihak termasuk di sekolah dalam berbagai jenjang baik di SD SMP maupun SMA dimana bentuk program tertuang dalam bidang ekstrakurikuler. Tiada karena tidak lagi khusus digarap dalam wilayah pendidikan nonformal dan oleh personil pendidikan nonformal.

Pertanyaan nyelenehnya adalah masih perlukah kehadiran lembaga pendidikan nonformal seperti SKB dan PKBM karena perannya sudah implisit dilaksanakan oleh lembaga formal sekolah  sebagai bagian tak terpisahkan dari realisasi kurikulum merdeka belajar dan program sekolah penggerak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun