Mohon tunggu...
Dadang HuzaziRahman
Dadang HuzaziRahman Mohon Tunggu... Guru - Poto pribadi

Bekerja sebagai guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bunga Itu Gagal Mekar

8 Februari 2023   07:19 Diperbarui: 8 Februari 2023   07:23 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi yang cerah, siswapun sudah mulai berdatangan. Sekolah sudah ramai sekali, gelak tawa terdengar di tiap sudut ruangan. Mereka nampak rapi, dan wangi. Seragam yang dikenakan nampak licin karena disetrika, warna bajunyapun putih bersih. Begitu pula dengan kerudung yang dikenakan, terlihat berbeda ketika saat pertama menginjakan kaki di sekolah ini.

Medsos dan tv telah mengubah mereka. Iklan ditirgen, pewangi pakaian, dan parfum berhasil mencuci otak orang-orang di kampung ini. Sehingga membuat penampilan siswa di sekolah ini turut berubah. 

14 tahun lalu kala pertama datang ke kampung ini, tak ada satu siswapun yang pakaiannya disetrika saat bersekolah. Warna pakaiannyapun tak ada yang terlihat cerah, semua nampak kusam. Sepertinya cara mencuci yang kurang tepat, hanya menggunakan sedikit sabun colek saja. Berbeda dengan hari ini, memandang pakaian yang mereka kenakan sudah tak risih lagi.

Saya bergegas menuju ruang kelas 7. Jam pertama di pagi ini mengajar di kelas itu. Jumlah siswa di kelas 7 hanya 23 saja. Sudah beberapa tahun kebelakang jumlah pendaftar terus menurun. Kedepan akan terus menurun, tapi apa mau dikata, faktanya seperti itu. Angka kelahiran menurun, urbanisasi ke kota terus meningkat.

Saya mengetuk pintu kelas, membukanya sambil mengucapkan salam. Semua murid serentak menjawab salam. Mereka tak menyangka saya masuk sepagi itu, kedatangan yang membuat mereka berlarian menuju kursi masing-masing. Saya menuju kursi guru, meletakan buku, dan administrasi mengajar di meja guru. Duduk, kemudian menyilahkan ketua kelas memimpin doa.

Saya masih belum melihat Bunga (bukan nama sebenarnya) hadir di kelas ini. Sudah beberapa pekan ia tak masuk sekolah. Home visit sudah dilakukan oleh wali kelasnya. Dalam kunjungan itu ibunya berjanji akan menghadirkan bunga pada pekan ini. Menurut ibunya Bunga pergi menginap di rumah bapaknya.

Bunga adalah korban perceraian. Perpisahan orangtuanya memaksa Bunga tinggal bersama ibu, dan neneknya. Bapak pergi, dan sudah menikah kembali. Meski demikian, saat libur sekolah ia dibolehkan menginap di rumah bapak. Sejak Bunga duduk di kelas 5 SD ia selalu diizinkan menginap di rumah bapak.

Bunga sudah beranjak remaja, keinginannya sudah tak seperti dulu. Sekarang Bunga tak mau dikekang lagi. Ia ingin sedikit lebih bebas menentukan keinginannya. Ibu marah, tak mau menuruti keinginan Bunga. Pengalaman pahit yang dialami ibu, tak boleh dirasakan anaknya, hal inilah yang membuat ibu lebih keras, dan protektif terhadap Bunga.

Sebenarnya kebebasan yang diingini bunga bukan karena kenakalan, tetapi bentuk protes atas keadaan hidup. Bunga kecewa atas keputusan ibu dan bapaknya yang memilih bercerai. Perceraian yang membuat ia tak lagi mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya.

Sebelum memulai pelajaran pagi itu, saya coba mencari tau alasan mengapa hingga hari ini Bunga tak kunjung hadir di kelas. Salah satu teman Bunga mengangkat tangan, izin untuk menyampaikan sesuatu tentang keberadaan Bunga. Sayapun menyilahkannya.

Bella sahabat Bunga mulai menceritakan, menurutnya Bunga sudah pergi ke kota sejak satu bulan lalu. Kabar kepergian Bunga disampaiakn kepada Bella tadi malam lewat pesan WA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun