Mohon tunggu...
Isma Maulana Ihsan
Isma Maulana Ihsan Mohon Tunggu... Jurnalis - Founder BelajarPolitik

Mahasiswa aktif S1 UIN Sunan Gunung Djati Bandung sekaligus pendiri BelajarPolitik.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Individualisme dan Politik

29 September 2022   11:46 Diperbarui: 29 September 2022   11:56 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, dengan paradigma relativisme yakni suatu paham dimana semua hal berlaku, oleh karenanya maka segala hal menjadi relatif. Termasuk dalam hal ini ialah etika dan bahkan kebenaran. 

Relativisme ini menegaskan tidak adanya moral atau etika universal. Meski menuai kontroversi dan diskursus yang tidak kunjung selesai; pada akhirnya relativisme menjebak pemikiran manusia pada apa yang kemudian lebih dikenal dengan subjektifisme.

Subjektifisme senyatanya menekankan bahwa tidak ada sudut pandang yang sah. Karena pada dasarnya sudut pandang itu bersifat relatif, kerelatifan inilah maka setiap sudut pandang itu dianggap sah-sah saja.

Paradigma berpikir seperti itu berakibat kepada pandangan terhadap etika politik yang pada awal kemunculannya membahas tentang apa itu keadilan, keugaharian, sadar diri dan tidak berlebihan. Pada masa yang terus berputar, ternyata mereduksi hal-hal tersebut. 

Kemudian, bermunculan apa yang disebut dengan etika politik sesuai dengan pandangan atau ideologi masing-masing. Tulisan ini akan mencoba untuk memaparkan secara singkat etika politik dalam sudut pandang individualisme.

John Locke (1623-1704) mengungkapkan bahwa individualisme salah satu dari unsur politis. Menurutnya, individualisme mengharuskan seseorang untuk berpijak pada kepentingan serta mempertimbangkan kedaulatan dirinya. Mengutip penjelasan Ranti Rahmawati (2021) mereka yang memiliki pandangan ini akan akan berpikir serta berprilaku bahwa apa yang menjadi kepentingan serta ide-idenya adalah yang paling terbaik dibanding dengan orang lain.

Hemat penulis, suatu pemikiran tersebut akan berdampak pada adu kepentingan yang tidak akan pernah selesai. Bahkan, mereka yang mempunyai pikiran ini akan terjebak juga dalam sesuatu yang lebih dikenal dengan istilah post-truth.

Pascakebenaran ini (post-truth) dapat juga dimaknai sebagai upaya untuk menilik kebenaran versi yang diyakininya atau dalam Bahasa Sunda lebih dikenal dengan sebutan 'gede hulu' atau 'pak aing-aing'.

Dalam konteks etika politik. Maka, aktor politik yang mempunyai pandangan individualisme ini akan selalu menekankan bahwa apa yang dipikirkan, dirumuskan dan menjadi kepentingannya adalah yang paling terbaik dibanding pemikiran pihak lainnya. 

Dan seperti yang dipaparkan di atas, mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari celah kebenaran baru dari kebenaran yang sudah ada. Karena, individualisme bukan hanya menyatakan satu keyakinan individu saja tetapi ia juga mengacu kepada kepercayaan terhadap keutamaan individu di atas kelompok lainnya.

Rumusan-rumusan kebijakan yang akan dikeluarkan oleh kaum Individualis ini pada akhirnya akan selalu mementingkan kebebasan dan kepentingan pribadi. Dampak paling logis adalah kepedulian antar sesame menjadi kurang atau bahkan mungkin tidak ada, karena mereka lebih mementingkan lebih baik bekerja daripada harus bersosialisasi dengan orang sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun