Aku menatapnya balik, menolak mundur, "Pengadilan yang menentukan itu, bukan kalian."
Si brewok mendengus, menyeringai mengejek, "Sok tahu kamu."
Aku mengeratkan rahang, "Hukum itu ada supaya segalanya jelas! Ada prosedur yang harus diikuti, harus ada alat bukti yang cukup."
Tak ada peringatan. Telapak tangan si gimbal melayang cepat, menghantam pipiku. Aku terhuyung, rasa perih membakar wajahku.
"Tadi itu barang buktinya, goblok!" katanya, telunjuknya hampir menembus mataku.
Aku mengatupkan gigi, menahan rasa ingin tertawa yang tiba-tiba menyeruak. "Barang bukti apa?"
Si gimbal menggeram, "Bahwa kau bersalah!"Â (Bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI