Nak,Â
tadi pagi aku menyeduh secangkir kopi. Kusesap perlahan, hangatnya merambat pelan di badan. Lalu, entah mengapa, aku teringat padamu. Kopinya terasa pahit, maka kutambahkan sedikit gula. Tapi, aromanya menjadi asing, seperti ada yang hilang. Maka kutuangkan lagi kopinya, agar semuanya kembali seimbang.
Dan di situlah aku paham, Nak.
Hidup, rupanya bukan soal mencari rasa paling nikmat. Tapi tentang belajar menakar. Belajar mengenali kapan harus menambahkan harap, dan kapan cukup diam meneguk kenyataan. Kapan harus menggenggam, dan kapan belajar merelakan. Karena tidak semua yang kita inginkan bisa dimiliki. Tidak semua keajaiban datang karena kita sabar menunggu. Ada hal yang justru tumbuh dari kehilangan, dari sunyi, dari ruang-ruang yang tidak kita pahami sekarang, tapi kelak kau akan mengerti.
Nak, berdamailah dengan kecewa.Â
Tak perlu lari darinya. Karena di sanalah kekuatanmu akan tumbuh. Di situlah jiwamu ditempa. Bukan agar kau menjadi keras, tapi supaya kau lentur dan tidak mudah patah. Ia ajaran yang menguatkan jiwa, menjahit luka menjadi dewasa, menyulam rapuh menjadi teguh, dan menajamkan cara pandangmu pada dunia.
Akan ada masa ketika kau menangis tanpa tahu sebabnya. hari-hari sepi yang terasa begitu riuh. Tapi usah takut. Bahagia itu akan datang, meski tak selalu mengetuk dengan suara yang lantang. Kadang ia hadir dalam bentuk yang tak kita duga. Dalam angin yang menyentuh pipi, dalam senja yang diam-diam pulang ke ufuk.
Tak apa bermimpi, Nak.Â
Berangan-anganlah setinggi langit. Karena hidup, bagaimanapun, kadang memang ajaib. Tiba-tiba saja ia menghadirkan hal yang tak pernah kau duga, tak pernah kau tuliskan dalam rencana. Jangan takut berharap, tapi belajarlah juga untuk menerima ketika yang datang tak seperti yang kau minta.
Jika hidup tak seindah yang kau bayangkan, jangan tergesa, jangan lekas kecewa. Jangan menyalahkan dirimu atas apa yang tak bisa kau rengkuh. Belajarlah menerima dengan lapang, sadrah atas pahit dan manisnya, luka dan pelukannya. Sebab hidup bukan tentang kesempurnaan rasa, melainkan tentang hati yang terus belajar untuk memahami.
Dan, jika suatu hari aku tak lagi bisa menyapamu, ingat saja secangkir kopi ini. Rahasia kecil dari perjalanan hidup. Bukan tentang rasa yang tetap, tapi tentang keberanian untuk terus menakar ulang setiap tegukan.