Mohon tunggu...
Karyati
Karyati Mohon Tunggu... Belajar menjadi pembaca terbijak

ok

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ar Ruhul Jadid

5 Juni 2018   06:34 Diperbarui: 5 Juni 2018   08:46 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: twitter.com/ukmi_pcr

Pikiranku makin mencair. "Bagaimana kondisi ayahmu sekarang???" tanyaku

"Ayah masih sering sakit-sakitan!" tangisnya

"Tidakkah kau pernah berfikir?? Bahwa ayahmu sedang mengingkan putrinya bersanding dipelaminan bersama suamimu???"

Dia hanya diam. "Sakralkanlah cinta kalian dihadapan penghulu dan ayahmu. Supaya ayah bisa menikmati kebahagiannya semasa ayah hidup dengan kebanggaan mempunyai putri sholeha seperti dirimu."

"Tapi..". Kata itu terpotong dan dilanjutkan olehku. "Kau akan hidup bahagia seperti cita-cita wanita sholeha lainnya karena, dunia tidak pernah mengatakan kata keterlambatan pada siapapun. Mulianya lagi kau akan menjadi pencetus kampus terhadap anak-anak yang telah basah bergaulan bebas."

Aku terus menyakinkan Aya dengan mengkikiskan pemikiran Aya akan penilaian teman-teman di kampus, lingkungan kos, segumpal kekecewaan yang ditelan keluarganya, dan gungjingan yang akan ditrima dari para tetangga di rumah. Keputusan 10 menit itu membuat hatiku berbunga segar. Dia berani melangkah kepelaminan dengan Akmal. 

Akmal pun yang mendapat nasehat dariku melalui media elektronik berupa handphone meski pada awalnya akmal menentang keras, lambat laun hatinya yang membeku mulai terluluhkan juga dengan saranku. Bahkan Akmal berjanji akan mencari pekerjaan demi kelangsungan hidupnya yang akan berkeluarga. Begitu pula dengan Aya akan memulai kehidupan baru dengan pola yang sederhana. 

Aku yang mendengar semangat dua sejoli merasa bahagia dan mendoakan agar keduanya selalu diberikan keikhlasan disetiap cobaan-cobaan yang akan dilalui. Ternyata sosok Ar Ruhul Jadid telah merasuk juga pada diri Aya dan Akmal. Subhanallah.

Langkahku pun tidak berhenti pada keputusan dua sejoli. Aku pun berusaha membujuk ayah dan ibu Aya yang sudah aku anggap sebagai orang tuaku untuk merestui anaknya menikah disela-sela kuliahnya yang belum menyandang gelar Sarjana seperti yang diharapkan. Rasa sesal berguman dibatin orang tua Aya yang semakin tak muda lagi. Tapi apa daya semua telah terjadi. Restu itupun dengan berat terlontarkan juga. Aya dan Akmal akhirnya akan segera melangsungkan pernikahan. Setelah cinta mereka halal, dua sejoli ini akan  mulai hidup bersama dalam satu kontrakan."Karyati - Ar Ruhul Jadid"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun