Mohon tunggu...
Karyati
Karyati Mohon Tunggu... Belajar menjadi pembaca terbijak

ok

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ar Ruhul Jadid

5 Juni 2018   06:34 Diperbarui: 5 Juni 2018   08:46 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: twitter.com/ukmi_pcr

Semenjak pengukuhan 2 hari 1 malam yang telah aku ikuti di Balai desa Ledug Kec. Kembaran Purwokerto-Banyumas pada acara perekrutan kader baru organisasi KAMMI Komsad Purwokerto. 

Aku jadi sering meluangkan waktu untuk hal yang begitu dekat dengan Allah. Kegiatan baruku ini telah aku dapatkan dari keputusanku bergabung dengan keluarga besar KAMMI. Dan aku begitu menyukai kegiatan baruku ini seperti mengikuti kajian, silaturohmi dengan tokoh agama, liqo, dan menyempatkan waktu untuk menghafal alqur'an sebagai pegangan untuk berdakwah. Semua itu begitu mudah untuk aku jalani. Meski terkadang aku terhambat oleh keadaan. Keadaan yang selalu memaksaku untuk mengikuti semua permainan Aya dan Bulan dalam mencari kesenangan yang tidak ada harganya. Akan tetapi, Allah pun selalu memberi kemudahan disetiap niat baikku yang telah tertanam di qolbu.

Sore itu, aku sedang berikhtikaf  di masjid kampus sambil menanti magrib. Selang beberapa menit  suara jimbe, gitar, dan histeria manusia kian menggelegar keluar ruangan. Hingga semua orang yang berada diluar maupun di dalam masjid  mendengar suara gaduh tersebut. Termasuk diriku yang semakin risih mendengar suara musik berpadu histeria manusia yang semakin berdendang. Mataku pun terpanah pada dentang jarum jam dinding yang menghiasi kutbah. Waktu menunjukan dalam hitungan sepuluh menit lagi muadzin akan mengumandangkan alunan perintah rukun iman yang kedua.

Keajaiban terasa merasuk tubuh  mungil ini. Bergegas aku beranjak dari duduk Rahmat-Nya. Langkah kecil ini tertuju pada Unit Kegiatan Mahasiswa yang terletak di samping kiri masjid. Kegaduhan itu semakin menjadi. Suara yang pecah tidak begitu asing ditelinga. "Sepertinya aku mengenali" prasangkaku. 

Aku terus melangkah menaiki anak tangga menuju lantai dua. Dugaan ini tak meleset. Kegaduan ini dibuat oleh anak-anak teater. Adzan magrib mulai berkumandang dari arah utara yang kemudian disusul oleh muadzin dari masjid kampus. Kesenangan serakah pun tak kunjung henti. 

Aku terus melangkah dengan mempercepat langkah kecil ini agar bisa memberitahu anak-anak teater bahwa adzan telah berkumandang. Tepat di depan pintu. Jantung ini merasa bergemuruh miris ketika melihat Bulan sedang duduk bermesraan dengan Arjuna selaku ketua teater. Seketika pula aku mengalihkan pandangan ini sambil membatin "Astagfirllahaladzim waatubuilaik" dan segera membentengi diri dengan membaca basmalah.

"Afwan.."  berdiri tegak di depan pintu unit kegiatan mahasiswa teater.

Anak-anak teater tercengang melihat kedatanganku berdiri tegak di pintu. Begitu pula dengan  wajah Bulan yang tadinya merona cinta kini telah berubah pucat pasih akibat malu. Kegaduan ini pun memberi jawaban atas gosip heboh percintaan Bulan dan Arjuna yang  selama ini tidak pernah aku percayai kebenarannya karena, pernyataan yang diucapkan Bulan padaku bahwa dia tidak mempunyai hubungan special dengan Arjuna seperti yang dikabar burungkan di kampus. 

Pernyataan itu membuatku lebih mempercayai Bulan sebagai sahabat karibku daripada gosip yang beredar di kampus. Begitu pula dengan ketidakjujuran Bulan terhadapku tidak menjadikan aku berhenti untuk memberitahu anak-anak teater akan kumandang adzan yang sedang terlantunkan.

Aku melanjutkan perkataan tanpa memperdulikan Bulan dan anak-anak teater yang seketika  menghentikan aktivitas musik dan histeria suara manusia. Dalam sekejap seluruh pandangan bola mata Bulan dan anak-anak teater tertuju pada arah tegak di pintu.

"Berhubung adzan sedang berkumandang ijinkanlah muadzin menyuarakan perintah Allah dengan indahnya. Bila kalian masih ingin bersenang-senang. Bersenang-senanglah dalam sepi karena, ini bukan ajang perlombaan antara kalian dengan muadzin." Pintaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun