Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hujan Besar, Jalan di Batam Tergenang

11 November 2014   20:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14156871661860641143

Dk Pribadi/Setiap kali hujan cukup besar air menggenang seperti ini. Foto diambil Senin, 10 Nopember 2014 sekitar pukul 08:30 WIB.

Setiap kali hujan turun agak besar, jalan raya di dekat rumah pasti banjir. Air cukup tinggi menggenangi Jl. Laksamana Bintan yang persis berada di depan SMPN 6 Kota Batam. Alhasil para pengendara roda dua khususnya, ketar-ketir karena khawatir genangan air tersebut membasahi pakaian yang mereka kenakan. Sementara, pengendara roda empat khawatir air yang tergenang tersebut membasahi bagian mobil yang sensitif bila terkena air.

Curah hujan di Kota Batam memang cukup tinggi. Rata-rata curah hujan tahunan di Kota Batam mencapai 2600 mm. Memasuki bulan November ini, hampir setiap hari Batam diguyur hujan cukup besar dan hampir setiap hari pula beberapa jalanan di Kota Batam tergenang air.

Beberapa meter dari SMPN 6, tak jauh dari jembatan penyeberangan orang (dekat Simpang Kuda) juga sering banjir. Padahal beberapa waktu lalu sudah dibetulkan drainasenya. Saya rasa mungkin karena jalan itu membentuk cekungan. Jalan tersebut tingginya lebih rendah dari bahu jalan.

Selain di Jalan Laksamana Bintan, beberapa titik di Jl. Jendral Sudirman, Sagulung dan Batu Aji juga kerap langganan banjir bila hujan cukup besar. Padahal di beberapa ruas jalan tersebut ada drainase. Apa mungkin drainasenya yang tidak cukup menampung aliran air hujan?

Untuk Jalan Laksamana Bintan, khususnya mulai dari Perumahan Villa Mas memang drainase yang tersedia sudah tertutup oleh semen. Entah siapa awalnya yang menutup, hanya saja drainase yang cukup besar tersebut semakin ke arah Bengkong semakin menyempit.

Bahkan di atas semen-semen tersebut kini berdiri tempat pencucian motor yang cukup banyak. Alhasil, air yang harusnya masuk ke parit (drainase), tertahan karena mungkin tidak ada jalan masuk menuju drainase tersebut karena sudah ditutupi semen (kalaupun ada mungkin tidak sebanding dengan aliran air hujan).

Sementara, di seberang SMPN 6 tidak ada drainase sama sekali. Entah dulu ada, namun seiring waktu karena ramainya wilayah tersebut menjadi tidak ada, atau memang sejak dulu tidak ada sama sekali. Hanya saja di ruas bahu jalan tersebut dipenuhi pedagang kecil yang menjual jus, batagor, bakso, es campur, hingga toko pakaian dan sandal. Umumnya toko-toko kecil tersebut merupakan pengembangan dari rumah penduduk. Mungkin karena melihat peluang – pinggir jalan dan dekat sekolah, mereka membangun kios kecil-kecilan, ada yang disewakan ada juga yang digunakan sendiri.

Pemerintah Kota Batam memang mengakui banyak bangunan yang berdiri di atas drainase. Beberapa waktu lalu, Wakil Walikota Batam Batam, Rudi, bahkan sempat meradang karena di atas drainase dibangun bangunan yang permanen sehingga dikhawatirkan mengganggu aliran air.

Mungkin pemerintah memang harus lebih tegas lagi menindak warga yang nakal mengalihfungsikan lahan yang sudah diperuntukan untuk drainase sehingga aliran air tidak terganggu. Bila ada pembiaran, disangka boleh membangun atau memanfaatkan lahan di atas drainase tersebut. Selain itu juga harus mulai penataan drainase yang lebih serius. Salam Kompasiana. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun