Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen | Sunaryo dan Tangan Keriput Ibu

1 Juni 2019   16:39 Diperbarui: 1 Juni 2019   16:45 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Rumah Hufazh

Libur lebaran ini, semangat untuk pulang kembali berkobar-kobar. Sunaryo ingin bertemu sang ibunda --mumpung beliau masih hidup. Ia rindu mendekap tangan yang sudah penuh dengan keriput tersebut. Ia rindu mencicipi dendeng kambing yang biasa dibuatkan sang bunda untuk dinikmati setiap santap pagi.

Beberapa hari lalu ia mendapat rejeki yang cukup lumayan dari thr dan bonus  yang dibagikan sekolah tempat ia mengajar. Bila dihitung-hitung, uang tersebut cukup untuk membeli tiket pesawat beserta beberapa helai pakaian sebagai buah tangan untuk ibunda tercinta.

Namun lagi-lagi, menjelang akan membeli tiket Sunaryo kembali galau. Halaman belakang rumah tiba-tiba ambruk. Perlu dana yang tidak sedikit untuk membetulkan batu miring tersebut. Rumah yang ia beli memang berada di perumahan yang berbukit-bukit. Saat membeli rumah, Sunaryo hanya mempertimbangkan harga rumah yang terjangkau dan dekat dengan sekolah tempat ia mengajar.

"Kalau Bapak sangat berniat pulang, pulanglah Pak. Biar kami dirumah. Sisa uang untuk ongkos transportasi kami, biar untuk membetulkan halaman belakang agar longsorannya tidak semakin meluas," kata istri Sunaryo suatu hari.

Istri yang dinikahinya sejak 13 tahun lalu itu sepertinya sangat mengerti akan keinginannya untuk pulang, namun terkendala keuangan. Entah mengapa, setiap kali mendapat rejeki dan berniat untuk pulang, selalu ada saja kebutuhan lain yang lebih mendesak. "Pulanglah Pak, kasihan ibumu." Kalimat istrinya tersebut masih terngiang.

Sunaryo memang ingin pulang. Ia ingin bertemu sang ibu. Bila kembali batal pulang, ia takut tak lagi sempat bersua sang bunda.


***

"Sunaryo, akhirnya kamu pulang Nak!" Teriak sang bunda dengan airmata basah.

"Mas Naryo mau pulang saat libur Lebaran, tetapi batal karena uangnya habis dipakai membetulkan rumah. Maafkan saya, Bu," ungkap istri Sunaryo dengan suara bergetar.

 "Harusnya waktu itu kami pulang. Biarlah longsoran halaman belakang tersebut menunggu hingga kami kembali memiliki rejeki dari jalan yang lain. Mas Naryo rindu dendeng buatan ibu, rindu untuk mencium tangan Ibu seperti dulu ia masih kanak-kanak," lanjut istri Sunaryo dengan nada menyesal.

"Yo, ini Ibu, Nak. Ini tangan ibu," ucap sang bunda sambil mengusap wajah Sunaryo yang sudah kaku tak bernyawa. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun