Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jika Cerita Lama Runtuh dan Belum Ada Cerita Baru

7 Maret 2021   11:57 Diperbarui: 7 Maret 2021   12:09 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: www.ynharari.com)

Yuval Noah Harari seorang jenius, ia memiliki bakat sejati untuk mengemas pengetahuan dengan cara yang membuat pembaca terpaku dan terpukau.

Harari selalu mendapat cara terbaik-memberi perspektif historis dan filosofis- untuk menerangkan peristiwa dan analogi secara cemerlang. Ia mampu berpikir luas dan "keluar dari kotak" menggunakan perbandingan mengejutkan namun meyakinkan. Tiap pendekatan untuk bercerita dipikirkan dengan teliti oleh Harari. 

Seperti jika kita membaca buku ketiga Harari berjudul 21 Lessoon for 21st Century (2018). Setelah mengelaborasi kehidupan sejarah manusia dalam Sapiens (2014) dan memproyeksikan kehidupan seperti apa yang dijalani manusia pada beberapa dekade-abad mendatang lewat Homo Deus (2016), buku ini mengupas hal-hal penting dan urgen yang umat manusia hadapi saat ini yang harus diselesaikan dengan bijaksana.

Merujuk judul, Harari menghimpun 21 isu aktual kehidupan modern saat ini, mulai terorisme, imigran gelap, berita bohong, perubahan iklim, agama, munculnya kecerdasan buatan, pelanggaran privasi, hingga penurunan kerja sama dunia internasional. Semuanya dikaitkan dengan satu hal: perkembangan teknologi bernama mesin algoritma yang Harari istilahkan dengan digital dictatorship.

Proses global telah menjadi terlalu rumit untuk dipahami oleh satu orang. Dunia kontemporer terlalu rumit, tidak hanya untuk rasa keadilan kita, tetapi juga untuk kemampuan manajerial kita. Tak seorang pun benar-benar memahami apa yang sedang terjadi di dunia.

Lalu bagaimana kita bisa mengetahui kebenaran tentang dunia, dan menghindari menjadi korban propaganda dan informasi yang salah? Oleh Steven Sloman dan Philip Fernbach disebut sebagai 'ilusi pengetahuan'. Kita pikir kita tahu banyak, meskipun secara individu kita tahu sangat sedikit, karena kita memperlakukan pengetahuan di benak orang lain seolah-olah itu milik kita sendiri.

Harari mengingatkan lagi bahwa kita seharusnya tidak pernah meremehkan kebodohan manusia (kedunguan dalam istilah Rocky Gerung). Baik di tingkat pribadi maupun kolektif, manusia cenderung melakukan aktivitas yang merusak diri sendiri. Padahal "Kebodohan manusia" adalah salah satu kekuatan terpenting dalam sejarah, karena itu kita bisa terus belajar. Namun kita sering mengabaikannya.

Pendidikan mengajarkan kita bahwa jika kita tidak tahu sesuatu, kita tidak perlu takut mengakui ketidaktahuan kita dan mencari bukti baru. Jika kita percaya pada pencarian kebenaran oleh manusia yang bisa salah, mengakui kesalahan adalah bagian yang melekat dari permainan.

Dibutuhkan keberanian yang lebih besar untuk selalu mempertahankan kebebasan untuk meragukan, memeriksa kembali, mendengarkan pendapat kedua, mencoba jalan yang berbeda. Perlu bereksperimen dengan jalan yang tidak produktif, menjelajahi jalan buntu, memberi ruang bagi keraguan dan kebosanan, dan membiarkan benih-benih kecil wawasan tumbuh dan berkembang secara perlahan.

Menurut Harari sangat sulit untuk menemukan kebenaran saat seseorang menguasai dunia. Kita terlalu sibuk. Kebanyakan pemimpin politik dan pengusaha bisnis selamanya dalam pelarian. Namun jika Anda ingin mendalami topik apa pun, Anda membutuhkan banyak waktu, dan khususnya Anda perlu hak istimewa untuk meluangkan waktu. Jika Anda tidak mampu meluangkan waktu - Anda tidak akan pernah menemukan kebenaran. Aturan sederhana.

Menulis buku ini contohnya, memberikan pelajaran bagi Harari pada tingkat pribadi. Ketika membahas isu-isu global, ia selalu dalam bahaya mengistimewakan sudut pandang elite global daripada berbagai kelompok yang kurang beruntung. Elit global memerintahkan percakapan, jadi tidak mungkin melewatkan pandangannya. Sebaliknya, kelompok yang kurang beruntung secara rutin dibungkam, sehingga mudah untuk melupakannya - bukan karena niat jahat yang disengaja, tetapi karena ketidaktahuan belaka. Tulis Harari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun