Liverpool terus menyerang, tak ingin melepas kesempatan emas. Melalui rangkaian kerja sama apik, Milan Baros mengumpan Gerard dengan tumit ke ruang kosong area kotak penalti, namun Gerard yang berlari bebas bersiap menembakkan bola dilanggar oleh Gennaro Gattuso. Penalti rebound dikonversi Xabi Alonso jadi gol penyeimbang. Tiga gol dalam rentang 15 menit, mengubah jalannya pertandingan, hingga selesai waktu normal dan extra time. Pemenang harus ditentukan melalui adu penalti, tak terbayangkan sebelumnya.
Seperti yang kita saksikan Dudek menjadi pahlawan besar dengan menahan dua algojo, Pirlo dan Shevcenko. Satu lagi ekskusi Serginho melambung di atas mistar. Dua poin penalti Milan dihasilkan Jhon Dhal Tommason dan Kaka. Sedangkan Liverpool hanya perlu empat eksekutor, dan cuma tembakan Jhon Arne Rise diblok Dida. Tiga yang berhasil menjalankan tugas: Steve Finnan, Djibril Cisse, dan Smicer, 3-2. Liverpool juara Eropa kelima kali dengan comeback terhebat.
Saya pun meninggalkan venue nobar dengan perasaan bingung, tapi yang pasti itu pengalaman nobar sepak bola saya paling berkesan. Kemenangan fantastis Liverpool tak henti-henti saya bahas dengan tiap orang yang suka bola.
****
Final Istanbul 2020 akan digelar lagi dengan helatan berbeda daripada semua final Liga Champions sebelumnya. Istanbul 2020 akan dicatat sebagai final yang tertunda dengan stadion yang kosong, tanpa festival, tanpa kerumunan penonton, dan juga tanpa Liverpool, pencipta keajaiban Ataturk lima belas tahun silam.
Siapa yang akan memenangkan trofi di sana nanti? Rupanya Istanbul yang telah mencatat banyak sejarah, juga menyimpan misteri besar. Saya tak sabar menantikannya, untuk mengulang nostalgia malam drama final 2005.
Salam sepak bola.