Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Final Istanbul 2020 yang Dirindukan

30 Mei 2020   15:33 Diperbarui: 31 Mei 2020   11:32 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suasana nobar RCTI itu sungguh ramai, dipandu presenter olahraga kondang, Tris Irawan, dengan komentator bola terkenal saat itu, favorit saya, M. Kusnaeni. Berbeda menyaksikan Kusnaeni on-air dibanding menyimak analisanya di layar TV. Setiap selesai Bung Kus-begitu ia disapa, mencoba membedah dan menganalisis taktik Rafael Benitez atau Carlo Ancelotti, maka disambut respon gemuruh para audiens yang ternyata antusias menyimak ulasan pengamat sepak bola andal. Hadir pula Jodi 'Super Bejo', komedian berkepala plontos yang sangat lucu menghibur dengan ragam games dan melepas jokes di sela-sela pertandingan.

Segala prosedur dan aturan main dari RCTI menyiarkan live sepak bola kami patuhi dengan perasaan senang, walaupun saya sangat kecewa menjelang laga dipenuhi iklan berkepanjangan sehingga luput menayangkan momen kedua kesebelasan keluar dari lorong menuju lapangan, berbaris berbanjar sambil menyanyikan lagu kebangsaan Liga Champions, itu momen emosional bagi saya dan pecinta sepak bola fanatik.

Layar lebar mulai terhubung ke Stadion Kemal Ataturk saat starting-11 sudah berada di posisi masing-masing sesaat sebelum wasit Manuel Mejuto Gonzales (Spanyol) meniup peluit start.

Saat saya belum sepenuhnya fokus menonton, kita dikejutkan dengan gol Milan pada menit ke-1. Gol final tercepat, tapi yang membuat saya lebih terkejut, gol dicetak oleh Paolo Maldini, yang menendang bola dari umpan free-kick Andrea Pirlo. Saya tidak bisa mengingat kapan terakhir La Bandiera menciptakan gol, bahkan rasanya saya tidak pernah menyaksikan. Satu tanda awal laga ini akan jauh dari kenormalan.

Gol cepat Maldini membuat babak pertama menciptakan mimpi buruk bagi Liverpool. Gerrard cs, kehilangan fokus, ketenangan, dan tak bisa melepaskan tekanan. Sebaliknya bagi Milan, gol itu membuatnya bermain dengan nyaman. Milan leluasa mengatur tempo lewat duet Pirlo dan Ricardo Kaka yang menguasai seluruh lapangan.

Gol kedua dan ketiga Milan yang diciptakan Hernan Crespo menunjukkan jelas kehancuran The Reds. Gol ketiga paling cantik, Kaka melepaskan umpan jauh membelah barisan pertahanan Jamie Carragher dan Sami Hippya, Crespo menyelesaikan umpan manis itu dengan sentuhan berkelas, ia mencungkil bola melewati Jerzy Dudek yang mencoba maju menutup ruang. Wonderful goal, 3-0 pada menit ke-44, lalu istirahat. Permainan Milan nyaris sempurna.

Serupa dengan Liverpudlian di Kemal Ataturk yang meratap, Liverpudlian Jogja di Sheraton juga lemas, sedih mendalam, tak lagi bersemangat menantikan lanjutan babak kedua pertandingan. Jangan-jangan pada babak kedua gol demi gol akan kembali bersarang ke gawang Dudek, sungguh perasaan horor menanggung kalah begitu telak. Banyak yang bertaruh pada malam itu bahkan sudah menyerahkan uang taruhan, rasanya mustahil bisa mengejar ketinggalan tiga gol di pertandingan final melawan tim Italia seperti Milan.

Saat jeda 15 menit itu, Tris Irawan dan Kusnaeni kembali tayang untuk membahas jalannya babak pertama dan memprediksi seperti apa babak kedua. Masihkah ada harapan untuk Liverpool ?

Bung Kus berujar sesungguhnya sekecil apapun masih ada harapan mengejar, dengan syarat mereka wajib membuat gol pertama pada 15 menit awal babak kedua. Jika kedudukan pada menit ke-60, skor belum berubah, maka praktis pertandingan selesai dan Milan juara Eropa untuk ketujuh kalinya.

Prediksi Bung Kus benar tapi juga meleset. Liverpool secara luar biasa berhasil mencetak tiga gol pada menit ke-54, 56, dan '60. Saat harapan mencetak satu gol pembuka, pada menit ke-60, justru skor sudah sama kuat 3-3. Pertama, kapten Steven Gerrard menyundul bola dari jarak jauh umpan Jhon Arne Rise. Gerrard merayakan dengan mengajak rekan dan suporter di tribun untuk bangkit, lebih bersemangat lagi. Ia percaya timnya sudah menemukan cahaya terang di ujung lorong gelap.

Gol pemantik yang berpengaruh, memberikan energi luar biasa besar. Dua menit kemudian pemain Vladimir Smicer dari jarak 25 meter melepaskan tendangan keras sehingga menembus barisan pertahanan dan Kiper Dida. Gol Smicer membuat pertandingan semakin seru, kali ini Liverpool yang menciptakan momentum saat Milan justru kebingungan kecolongan dua kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun