Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Pengalaman Menonton Panahan Asian Games

11 September 2018   20:46 Diperbarui: 12 September 2018   06:47 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto bersama Riau Egha Agatha, pemanah Indonesia peraih medali perunggu Asian Games 2018 (dokumen pribadi)

Sempat kesulitan saya mendapatkan tiket cabang olahraga panahan di babak-babak penyisihan. Sedikit tak percaya bahwa tiket sold out ketika saya sampai di ticket box pintu-5 GBK.  Saya terlambat untuk booking tiket via online, memang, jadi sedikit berjudi mengharapkan dapat tiket on the spot saat antusiasme tinggi masyarakat kita pada Asian Games. 

Justru di babak final, hari Selasa pagi, 28/8/2018, saya cukup beruntung memperoleh satu tiket. Kali ini saya datang lebih awal, sebelum pukul 08.00 Wib. Semangat saya semakin tinggi karena pada hari itu mempertandingkan empat nomor final, dan salah satunya pemanah putri andalan Indonesia, Diananda Choirunisa, berduel memperebutkan medali emas dengan Zhang Xinyan, pemanah asal China, pada nomor recurve women individual. Nisa-panggilan akrabnya, lebih diunggulkan karena di perempat final sukses menumbangkan Chamg Hyejin, pemanah andalan Korea Selatan.

Dari nomor putra, saya juga menanti pertandingan medali perunggu antara Riau Egha Agatha, menantang pemanah asal Kazakhstan, Ilfat Abdullin. Rupanya kemenangan Riau atas Kim Woo Jin di Olimpiade 2016, berhasil dibalas Woo Jin di babak semifinal Asian Games ini, sehingga Riau Egha harus puas untuk perebutan medali perunggu. Banyak pengamat menilai tingkat persaingan cabang panahan Asian Games nyaris sama dengan persaingan Olimpiade.

Menyaksikan cabang panahan Asian Games (dokumen pribadi)
Menyaksikan cabang panahan Asian Games (dokumen pribadi)
****

Masuk ke Lapangan Panahan yang berada di seberang stasiun TVRI, kita disambut banner yang menginfokan prestasi yang telah dicapai cabang panahan Indonesia sejak mengikuti Asian Games. Senang saya, karena tidak menemukan spanduk demikian di venue-venue lain untuk memberikan pengetahuan pada penonton perihal sejarah olahraga tersebut di ajang Asian Games.

Spanduk informasi prestasi cabang panahan Indonesia di Asian Games di Lapangan Panahan GBK (dokumen pribadi)
Spanduk informasi prestasi cabang panahan Indonesia di Asian Games di Lapangan Panahan GBK (dokumen pribadi)
Sama halnya Olimpiade, medali tertinggi panahan Indonesia di Asian Games adalah medali perak,  yakni beregu putra (Tatang Ferry, Donald Pandiangan, dan Suradi Rukimin) di Asian Games India 1982; dan medali perak nomor Beregu Putri (Purnama Pandiangan, Rosane Gelante, dan Dahlia) Asian Games Hiroshima 1994. Dengan demikian harapan emas pertama dalam sejarah cabang panahan ada pada pundak Nisa di hari tersebut.

Tribun penuh menampung sekitar 2.000 orang yang mayoritas suporter Indonesia, dan Korea Selatan. Ribuan pendukung Indonesia berharap menjadi saksi sejarah untuk medali emas pertama. Tak pernah lelah memberikan dukungan pada Nisa, dengan yel-yel dan nyanyian pemantik semangat.

Final Nisa melawan Xyian tertunda sekitar 10 menit karena sempat diumumkan Presiden Jokowi-yang menggemari panahan, akan hadir langsung menyaksikan dan memberikan dukungan pada Nisa dan Riau. Namun sampai pertandingan sesi-1 atau dua nomor final rekurva selesai, Jokowi tak nampak di tribun kehormatan.

Menonton cabang panahan kelas dunia seperti pemanah Nisa dan Riau Egha, ternyata sangat seru dan menegangkan. Senang melihat ketenangan Nisa dan Riau Egha tetap fokus, dan berkonsentrasi penuh ditengah sorak-sorai pendukung. Apalagi jika lesatan anak panah Nisa dan Riau tepat di lingkaran sasaran bernilai- 10. Kita semua berdiri serempak sambil berteriak kegirangan.

Dulu saya menilai, panahan merupakan olahraga paling mudah dilakukan. Hanya berdiri di satu titik, dan melepaskan anak panah ke target, tak perlu berlari bersimbah keringat, gampang sekali. Padahal olahraga ini menuntut memiliki fisik dan stamina prima. Butuh tenaga ekstra, konsentrasi, serta konsistensi, untuk mengendalikan Busur Panah, yang beratnya sekitar 4 kg, dan kuat bertanding di bawah terik matahari menyengat kulit.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun