Mohon tunggu...
Andi Kurniawan
Andi Kurniawan Mohon Tunggu... Pejalan sunyi -

penjelajah hari, penjelajah hati

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Belajar dari Raisa

20 April 2015   23:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:51 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raisa memang pantas untuk dipelajari... eh maksudnya, banyak hal menarik ternyata yang dapat dipelajari dari seorang Raisa, ya Raisa yang penyanyi itu. Selain kepribadian dan kecantikannya, dan tentu juga suaranya, ternyata ada cerita di balik kesuksesannya yang dapat diambil sebagai pelajaran. Apalagi kalau bukan soal penolakan-penolakan yang pernah dialaminya dari produser, sebagaimana berita berikut: Raisa Merasa Beruntung Pernah Ditolak Produser.

Banyak orang, termasuk saya, yang sepertinya tak pernah membayangkan seorang Raisa pernah mengalami penolakan. Siapa sih yang akan keberatan memproduseri penyanyi seperti Raisa? Tapi faktanya memang demikian, sehingga dia harus memproduksi sendiri albumnya, menyanyi di cafe, acara-acara perkawinan dan sebagainya. Bahkan dia bercerita bagaimana pernah ikut melipat sampul CD menggunakan penggaris bersama dengan produsernya, hingga akhirnya dia eksis dan dikenal seperti sekarang ini.

Ada beberapa hal yang patut dicatat dari berita tersebut:

Pertama, dia tidak malu mengungkapkan bagaimana proses kesuksesannya yang dilalui dengan berat, bahkan diceritakannya dengan terbuka, sehingga dapat menjadi motivasi bagi banyak orang yang mungkin juga tengah menjalani karir serupa. Bukan hanya menawarkan mimpi, ibarat sulap yang dapat terjadi dalam sekejap, dia juga menceritakan keharusan untuk kerja keras, gigih dan keteguhan menjalankan apa yang menjadi passion dan panggilan hatinya.

Kedua, dia tidak menyalahkan, marah atau dendam kepada para produser yang pernah menolaknya, yang mungkin saat ini sangat menyesal telah melakukan itu dahulu. Dia justru bersyukur, karena penolakan-penolakan itu yang membentuknya menjadi seperti sekarang. "Semua penolakan itu ternyata aku pikir ada fungsinya buat aku sekarang. Kadang-kadang mikir, coba kalau waktu itu diterima mungkin aku enggak seperti sekarang," tuturnya. Hmm, kau emang bijak Raisa :)

Dan kebetulan, tadi istriku juga mengucapkan hal yang serupa kepada anak sulung yang sedang senang membuat cerita (entah pendek entah panjang dan entah apa isinya itu, karena dirahasiakannya). Dia bercerita tentang JK Rowling, pengarang Harry Potter itu, yang dahulu juga mengalami penolakan-penolakan sebelum akhirnya karyanya sukses, juga dalam bentuk film layar lebar. Parahnya lagi, hal itu dialaminya ketika dalam kondisi kesulitan keuangan dan ketiadaan pekerjaan yang mapan. Namun akhirnya, kerja keras dan kegigihan mengantarkannya pada kesuksesan. Sepertinya memang kerja keras, juga ketekunan dan konsistensi untuk berkarya merupakan pola-pola kunci untuk menuju kesuksesan. Tentu juga diimbangi dengan selalu bersyukur atas apa yang diterima dan tak henti berdoa, Insya Allah semua akan indah pada waktunya.

Aku yang belum pernah mendengar cerita itu diam-diam juga ikut termotivasi juga, masak harus berhenti menulis di Kompasiana hanya gara-gara gak pernah HL atau TA misalnya (hahaaa, curcol nih:)).  Bukankah menulis adalah ekspresi jiwa yang seharusnya terus dijaga agar tidak pernah padam (bahasanya...). Ah, istriku emang secantik Raisa. Ehm...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun