Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waisak 2021, "Jika Kamu Ingin Orang Lain Bahagia, Belajarlah Mengasihi"

25 Mei 2021   11:24 Diperbarui: 25 Mei 2021   16:37 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Raya Waisak tahun ini jatuh pada Rabu, 26 Mei 2021. Waisak menjadi hari yang amat penting bagi umat Budha dan ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Paling tidak, ada tiga peristiwa penting yang dikenang yakni:

1. Kelahiran calon Buddha tahun 623 SM, di Taman Lubini, Kapilavasthu, Nepal.

2. Pencerahan Sempurna tahun 588 M di bawah Pohon Bodhi, Bodhgaya, India.

3. Kemangkatan (wafat) Buddha Gotama tahun 543 SM pada usia 80 tahun di Kusinara, India.

Tema Perayaan Waisak 2021 adalah "Cinta Kasih Membangun Keluhuran Bangsa." Tema ini aktual dan sejalan dengan perjuangan Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet, "Jika kamu ingin orang lain bahagia, belajarlah mengasihi."

Harus disadari bahwa cinta kasih memainkan peranan sentral dalam hidup manusia. Kita ada karena cinta, kita hidup karena cinta, bahkan kita mati pun, itu karena cinta. Mustahil ada kehidupan jika tanpa cinta. Cinta itulah yang menghidupkan.

Pertanyaan sederhana adalah, bagaimana memaknai "Cinta Kasih Membangun Keluhuran Bangsa", yang merupakan tema perayaan Waisak tahun ini?

Hari Raya Waisak 2021, menjadi momentum untuk melihat ke dalam dan keluar diri, sejauh mana cinta kasih dihayati terhadap diri sendiri dan juga terhadap sesama.

Umat Budha perlu memaknai hari ini, sebagai momen untuk bercermin diri. Perlu istirahat sejenak, menyiapkan waktu untuk masuk ke dalam diri, melihat diri, sejauh mana dan kehadiran saya bagi orang lain.

Bagaimana sikap dan tindakan saya selama ini? Apakah sejalan dengan nilai--nilai religius ataulah tindakan saya sudah jauh dari nilai--nilai iman. Tuntutan hidup yang tinggi sering menyita waktu. Memang, kita perlu berjuang tetapi kadang kita butuh jedah untuk berelfleksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun