Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Sekolah Katholik, Antara Pesimis sekaligus Optimis

21 Januari 2021   09:31 Diperbarui: 21 Januari 2021   11:09 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto.dok.pribadi/Penampilan para siswa SMPK Don Bosco Atambua pada Acara HUT Sekolah

Hal yang bisa diusahakan misalnya, terus berkomitmen untuk menjadikan dan mengusahakan sekolah katolik sebagai tempat anak-anak berkembang menjadi manusia yang dewasa, yang dibarengi dengan kematangan pribadi serta religiusitas yang kuat, karena pada dasarnya sekolah katholik adalah tempat untuk belajar nilai-nilai kemanusiaan yang membebaskan.

Selain itu, perlu ada relasi, komunikasi yang kuat antara pendidik dan orang tua, karena pendidik di sekolah, adalah pendidik formal, yang waktu perjumpaannya masih terbatas, dan peran orang tua menjadi penting, supaya pendidikan karakter itu terus berkesinambungan bagi anak-anak ini. Barangkali masih 'berbau' hal-hal operasional, yaitu dengan mengupayakan serta menghidupkan semangat subsidiaritas, yang kalau dalam bahasa iman kita dikenal dengan 'semangat berbagi', dengan harapan bahwa yang kuat akan membantu yang lemah, diserta dengan usaha untuk menghemat pembiayaan pendidikan, termasuk di dalamnya: sarana dan prasarana yang tersedia.

Sekolah Katolik perlu berbenah dan menegaskan diri, tanpa perlu kehilangan arah dan roh Kekatholikan. Ada keyakinan bahwa, yang terutama adalah dengan terus memegang prinsip pembebasan sebagai semangat utama pendidikan, karena di negara manapun, terlebih di negara miskin dan berkembang, pendidikan diselenggarakan untuk membebaskan masyarakat dari sekian banyak persoalan yang membelitnya. Kalau pendidikan formal tidak sanggup menghadirkan spirit pembebasan, diperlukan kerja-kerja sosial untuk membantu masyarakat keluar dari situasi tersebut.

Sekolah katholik, harue tetap mempertahankan ciri khas, karena didasari oleh semangat kristiani, bisa mengambil bagian untuk mengisi kekosongan sekaligus kerinduan tersebut. Terlebih, apabila sekolah katholik hadir dalam keprihatinan-keprihatinan, sehingga dalam hal ini juga terdapat bentuk-bentuk kesaksisan-kesaksian iman.

Menjadi kewajiban setiap penyelenggara pendidikan untuk mengusahakan supaya setiap orang menerima pendidikan, terutama mereka yang akan memenuhi harapan Gereja, (Gravissimum Educationis art. 2), karena pada dasarnya, pendidikan bukan sekedar untuk pendewasaan pribadi manusia saja, melainkan untuk mencapai pemahaman tentang misteri keselamatan, dan makin hari menyadari karunia iman yang telah mereka terima, sehingga nama Allah Bapa senantiasa dimuliakan dalam Roh Kebenaran.

Aspek lain yang dipandang penting adalah, perlu adanya regenerasi dan manejemen yang baik. Sekolah katholik harus mengembangkan khasannya, misalnya di SMPK Don Bosco ada yang namanya pengembangan minta dan bakat; musik, seni tari, vokal, dan hal positif lainnya sehingga menjadi daya tarik tersendiri.

foto.dok.pribadi/Bersama para siswa SDK Atambua II
foto.dok.pribadi/Bersama para siswa SDK Atambua II
Perlu dilakukan pengkaderan bagi para pendidik, serta pelatihan-pelatihan agar SDM peserta didik dapat ter-up  date. Yayasan dalam hal ini pemilik sekolah, harus memainkan perannya, teristimewa dalam perekrutan tenaga pengajar, pendampingan dan pengawasan keberlangsungan sekolah.

Model dan spiritualitas yang mesti ditampakan adalah, spiritualitas sang Guru Ilahi yakni Yesus Kristus, "aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani." Sekolah katholik harus menyedari bahwa selama ini, metode yang diterapkan untuk para pendidik adalah metode pengabdian, jadi kesejahteraan guru lebih banyak dikemas dalam semangat pengabdian. Hal ini tentu tidak salah tetapi untuk jaman sekarang, sekolah katholik perlu memikirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.

V. Catatan akhir

Sebagai akhir dari catatan ini, saya menaruh respek terhadap tenaga pendidik yang selama ini telah berkorban untuk mempertahankan ciri khas kekatholikan. saya juga saya mengajak para pelaku pendidikan, marilah kita bahu-membahu untuk terus menigkatkan mutu pendidikan katholik, jika bukan kita, siapa lagi? kalau bukan sekarang kapan lagi?

foto.dok.pribadi/Pembina dan Pengurus Yayasan As'Tanara Keuskupan Atambua
foto.dok.pribadi/Pembina dan Pengurus Yayasan As'Tanara Keuskupan Atambua
Kemajuan hanya bisa dicapai bila ada kerja sama yang baik dari pelaku pendidikan teristimewa tripusat pendidikan yakni, siswa, guru dan orang tua. Hanya dengan kerja sama yang baik, kita akan mencapai kemajuan. Sekolah katholik harus memiliki keyakinan kuat bahwa Ia tidak berjalan sendirian, iman katholik itulah yang menjadi tumpuan dan harapan untuk bergerak maju.

Percayalah, Yesus Sang Guru Ilahi selalu menyertai kita sampai akhir jaman.

Bacaan; parokisragen.id

Atambua, 21.01.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun