Mohon tunggu...
Chris D.a
Chris D.a Mohon Tunggu... -

Just an ordinary man. Hard-worker, husband, father

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[FKK] Alegori Kota Dingin

14 Juni 2014   03:22 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:49 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

[FKK] Alegori Kota Dingin

By : Cres (No.87)

Kota dingin?

Kota ini sudah tidak dingin lagi. Setidaknya itu yang terasa di kulitku ketika aku terakhir kali menginjakkan kaki di kota ini setahun lalu. Tapi kini aku masih bisa merasakan seberkas rasa sejuk menyusup diam-diam ke dalam hatiku. Terutama ketika aku turun dari pesawat di tengah mendung tebal dan hujan merintik di Lanud Abdulrahman Saleh.. Makin bertambah ketika taksi yang kutumpangi mulai membelah kota, lalu mulai masuk ke Jalan J.A. Suprapto, dan berjalan pelan tepat di depan sebuah bangunan megah bernomor 55.

Aku menoleh ke kanan, menikmatinya. Bangunan tua itu masih kokoh berdiri. Menyisakan keanggunan dan aura agung yang selalu kukagumi. Dengan dinding terbentuk dari susunan bata merah yang sangat rapi dan indah. Cor Jesu. Sebuah kompleks sekolah dengan sebuah kapel berlangit-langit lengkungan indah berada di dalamnya.

Sekolahmu.


Sayangnya taksi ini terus melaju, meninggalkan bayangan kenangan yang tak pernah pupus dari setiap sudut ingatanku. Tentangmu. Wajahmu. Suaramu. Sosokmu. Ah!

Aku menengok keluar jendela, sedikit menengadah menikmati mendung yang menipis di sela-sela rimbunnya pohon di sepanjang jalan. Hujan sudah tak lagi merintik. Dan matahari kembali mengirimkan berkas-berkas cahayanya menghujam bumi.

Pada sebuah pintu kompleks pemakaman di daerah Sukun taksiku berhenti tepat di belakang sebuah city car berplat nomor B yang segera beranjak pergi. Dan beberapa detik kemudian aku mulai terperangkap dalam keteduhan dan sunyi yang membuat telingaku seolah tuli.

Ketika aku mulai mengunjungi satu-persatu makam keluargaku, aku dibuat terpana oleh setangkai mawar segar yang tergeletak pada masing-masing makam ayahku, kedua ibuku, adik perempuanku, dan adik laki-lakiku. Mawar-mawar itu....

Dan aku tenggelam dalam kenangan tentangmu. Tentang sebaris cinta yang terucap dalam atmosfer malu-malu, episode usia belasan yang hangat dan terasa indah, tawa yang menggema dan airmatamu dalam pelukanku. Semuanya masih terekam sempurna di sini, di balik setiap lekukan otakku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun