Mohon tunggu...
Cornelius Juan
Cornelius Juan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya Cornelius Juan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Malan, Pembangunan Manusia Otentik Khas Dayak

10 September 2022   21:00 Diperbarui: 13 September 2022   10:59 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metode dalam berladang khas Dayak ini tidak sekedar menanam dan memanen. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh para peladang. (Dok. Teresia Jari Jatam Kaltim via KOMPAS.com)

Jika dibandingkan, malan memang memproduksi asap dan CO2 sebagai hasil pembakaran lahan, namun tidak setiap tahun seluruh lahan dibakar; produksi asap dan CO2 tidak banyak. Hasil dari pembakaran pun tidak dibuang melainkan digunakan sebagai media penyubur tanah. 

Sedangkan berladang menggunakan teknologi, pengeluaran emisi karbon, listrik, minyak, dan tanah tidak dapat disuburkan karena hasil penebasan lahan tidak dibakar. Apakah selalu, tekonologi mambawa manusia pada perubahan yang lebih maju? Bagaimana jika mereka tidak mampu menimba kekuatan internal atau aspek rohaniah karena tradisi yang mereka lakukan dilarang dan harus merekonstruksi ulang kebiasaan tersebut dengan memasukkan teknologi di dalamnya? 

Pembangunan macam apa yang malah mengacaukan aktivitas batin mereka? Pembangunan spiritual secara mandiri tanpa pemberdayaan yang intensif dari kalangan atas telah terwujud. Pembangunan yang tidak dimabukkan oleh teknologi modern dan secara mandiri melibatkan kekuatan internal dan eksternal mereka sendiri.

Berdasar pada kacamata Soejatmoko, masyarakat Dayak tidak nyaman dan tidak setuju dengan penggunaan teknologi dalam berladang, karena tidak serasi dengan penghayatan spiritual sekaligus kondisi ladang yang minim unsur hara. Dampak jangka panjang jika petani ini dilarang berladang dan wajib menggunakan teknologi adalah ambruknya pembangunan internal masyarakat Dayak. 

Barangkali penghormatan kepada Ranying Hatalla dan leluhur masih dapat dilakukan, namun wadah untuk belajar bergotongroyong antarwarga memudar. Memudar karena tergantikan oleh teknologi pertanian. 

Penghormatan pun terbatas pada yang adikodrati dan belum tentu diimplementasikan terhadap sesama. Secara internal, aktvitas berladang hanya dilihat sebagai pemenuhan pangan tanpa penghormatan kepada Sang Ilahi, lunturnya kasih dan kerjasama antarsesama dan kurangnya rasa hormat terhadap alam. 

Secara eksternal, masyarakat Indonesia mengalami penurunan produksi beras, terjadi kelaparan massal dan peningkatan angka kematian, dsb. Bagaimana kita hendak menciptakan perdamaian dunia jika perdamaian dalam negeri dimusnahkan? Apakah ketakutan terhadap tekonologi benar-benar menghambat kemajuan? Masyarakat Dayak telah menujukkan cara mereka sendiri menciptakan pembangunan internal dan itu berpengaruh pada pembangunan eksternal.

***

Sumber;

Koran Kompas , Senin, 29 Agustus 2022. Halaman 1, 8 dan 16

Majalah Filsafat Driyakara, "Membedah Pemikiran Soedjatmoko Tentang Dimensi Manusia Dalam Pembangunan" Tahun. XVII; No. 1. Terbitan 1990/1991.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun