Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Perempuan dalam Lintasan Waktu

21 April 2019   21:04 Diperbarui: 21 April 2019   21:26 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup dalam dunia nenek moyangnya" R.A Kartini.

Sadar atau tidaknya, masih banyak kaum perempuan yang hidup dibawah opresi, dan tekanan masa lampau. Dogma dan akar kuat yang terus melekat disetiap lapisan masyarakat rasanya sudah mulai harus ditinggalkan pelan-pelan. 

Selain tidak lagi relevan, arti kemerdekaan yang harusnya benar-benar merdeka akhirnya disetir oleh warisan masa lalu dan menjadi takaran merdeka yang dianggap wajar, tanpa benar-benar merdeka secara utuh.

 Tidak sedikit masyarakat kita yang masih terbelenggu, tentang bagaimana pengetahuan mengenai perempuan, tentang apa dan harus bagaimana perempuan bersikap dan berperilaku, tentang keputusan-keputusan apa saja yang harus diambil oleh seorang perempuan, nyatanya masih terikat pada pola pikir warisan masa lalu. Seolah-olah sesuatu dari yang lalu tidak boleh diganggu gugat keberadaannya sebagai suatu elemen penentu. 

Saat gerbang telah terbuka dan jalan telah terbentang, perempuan sudah bukan lagi sosok ringkih di bawah meja. Sudah saatnya perempuan melepaskan diri dari pola pikir yang mengunci dan  diopresi. 

Sudah saatnya sesuatu yang sudah tidak relevan dengan seiring berjalannya waktu mulai dilepaskan. Tidak dapat dipungkiri memang segala sesuatu adalah hasil dari masa lalu. Namun, manusia itu adaptif. Dari hal yang telah lalu dia belajar menjadi lebih baik. Masalalu bukanlah akhir atau elemen penentu, tapi awal dari setiap perjalanan yang baru.

Sudah saatnya kaum perempuan berinvestasi dalam diri sendiri, membuka pikiran dengan memperkaya ilmu menjadi hal yang penting dan harus diperhitungkan baik-baik. Berani mengambil keputusan  dan menjadi perempuan merdeka seutuhnya, karena pada akhirnya perempuan juga perlu bertumpu pada kaki sendiri. 

Perjuangan Melawan Diri Sendiri

"Kami berikhtiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup menolong diri sendiri. Dan siapa yang sanggup menolong dirinya sendiri akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna pula" Surat R.A Kartini kepada  Ny. Abendanon 12 Desember 1902.

Hal mengenai perjuangan yang paling besar yang harus dilakukan kaum perempuan masa ini adalah perjuangan melawan diri sendiri.  Melawan dari terbuainya angan-angan tanpa keinginan mewujudkannya. 

Melawan dalam artian penerimaan diri secara utuh, dan menjadi versi terbaik dalam diri tanpa harus terhanyut dari ukuran-ukuran yang ditetapkan dunia. Setiap perempuan haruslah mengetahui nilai dirinya dan menetapkan standarnya sendiri, dan penerimaan akan diri tidak dipengaruhi oleh ukuran orang lain dan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun