Mohon tunggu...
Imam Buchori
Imam Buchori Mohon Tunggu... Mahasiswa - Author

Make writing a hobby

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Digitalisasi di Asia Tenggara: Membentuk Masa Depan

10 April 2024   15:34 Diperbarui: 10 April 2024   15:46 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Ilustrasi dari kecerdasan buatan. (Reuters) 

Saat ini, Asia Tenggara telah menarik perhatian dunia karena potensi dan ekspansi ekonomi yang cepat dan menjanjikan selama beberapa dekade. Transformasi digital yang sedang berlangsung di kawasan ini menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap pencapaian tersebut. Mengacu pada data yang relevan, opini ini akan mempertimbangkan konsep downstreaming atau hilirisasi digital dan dampaknya pada masa depan Asia Tenggara.

Asia Tenggara Menggiurkan

Produk Domestik Bruto (PDB) gabungan di Asia Tenggara mencapai US$3,6 triliun pada tahun 2022, menjadikannya kawasan yang lebih menarik dibandingkan dengan negara-negara industri seperti Prancis dan Kanada, dan bahkan dua kali lipat dari PDB Australia. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu kekuatan ekonomi utama di dunia, yang menarik perhatian dunia internasional karena kemajuan ekonominya yang luar biasa.

Tetapi yang paling menonjol adalah perkiraan yang stabil mengenai pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang. Tingkat pertumbuhan agregat PDB untuk wilayah ini diperkirakan mencapai 4% hingga tahun 2040, menunjukkan potensi yang signifikan untuk dikembangkan lebih lanjut. Angka ini jauh lebih tinggi daripada rata-rata pertumbuhan ekonomi di negara-negara industri, yang biasanya berkisar antara 1% hingga 2%.

Sebagai negara terbesar di kawasan ini, Indonesia diprediksi akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan ekonomi di masa depan. Menurut IMF, pada tahun 2040, PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia diperkirakan akan mencapai angka US$4,85 triliun. IMF menggunakan proyeksi PDB sebagai ukuran untuk membandingkan perekonomian antar negara. Pada tahun 2023, Indonesia diproyeksikan akan mencapai PDB sebesar US$1,4 triliun.

Angka ini setara dengan 36,7% dari total PDB ASEAN, atau 1,4% dari PDB global. Dengan proyeksi ini, Indonesia menjadi juara di ASEAN dan berada di peringkat ke-16 dunia.

Meskipun demikian, PDB per kapita Indonesia pada tahun 2023 hanya sebesar US$5,1 ribu, atau sekitar 17 kali lebih rendah dibandingkan dengan Singapura. Dalam hal per kapita, ekonomi Indonesia hanya menempati peringkat ke-5 di ASEAN, masih di bawah Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand.

Faktor utama yang mendorong kemajuan Asia Tenggara saat ini adalah populasi kaum mudanya, yang diperkirakan akan mencapai masa keemasannya pada tahun 2040-an. 

Masa depan ekonomi akan sangat bergantung pada generasi muda ini, karena mereka merupakan 55% dari populasi di wilayah ini menurut laporan Bain & Company. Potensi ini ditunjukkan dengan kapasitas konsumen yang besar dan kemampuan mereka untuk berkembang menjadi sumber daya manusia yang kreatif dan produktif.

Digital Hilirisasi: Pentingnya Faktor Pertumbuhan

Fenomena ini, yang umumnya dikenal sebagai transformasi digital, menggambarkan transisi ekonomi tradisional menjadi ekonomi digital. Hal ini melibatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan produksi, kreativitas, dan efisiensi di setiap sektor ekonomi. Transformasi digital telah muncul sebagai kekuatan pendorong utama di balik perkembangan dan perluasan ekonomi di Asia Tenggara.

Menurut laporan dari Mondor Intelligence, pasar kecerdasan buatan atau artificial intelligence di wilayah ini telah mengalami perkembangan yang sangat cepat. Pada tahun 2023, pasar AI diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 31,22%, dan diperkirakan akan mencapai USD$3,39 miliar pada tahun 2028, naik dari USD$1,15 miliar pada tahun yang sama.

Digitalisasi operasi perusahaan memungkinkan industri yang sudah mapan seperti manufaktur, agrikultur, dan layanan keuangan untuk tumbuh lebih efektif dan menjangkau khalayak yang lebih luas. Selain itu, bisnis teknologi baru dan perusahaan rintisan bermunculan di semua wilayah, membawa serta penemuan dan peluang kerja baru.

Peluang dan Tantangan

Transformasi digital memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang, namun masih banyak kendala yang harus diatasi. Kesenjangan digital antara generasi muda dan tua, serta kesenjangan adopsi teknologi antara daerah perkotaan dan pedesaan, adalah beberapa contoh dari tantangan ini.

Untuk memastikan bahwa setiap individu mendapatkan kesempatan yang adil untuk mengakses teknologi dan manfaatnya, diperlukan adanya reformasi teknologi. Contoh dari reformasi teknologi yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun sektor swasta adalah dengan meningkatkan penetrasi internet terutama di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T).

Sungguh ironis ketika negara lain membahas teknologi pintar, sementara masih ada bagian dari Indonesia yang bahkan tidak dilengkapi dengan fasilitas internet yang baik.

Isu penting lainnya yang perlu dipertimbangkan ketika berhadapan dengan hilirisasi digital adalah regulasi. Regulasi yang inovatif dan mudah beradaptasi diperlukan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang mendukung perluasan ekonomi digital.

Namun, privasi dan keamanan data pengguna juga harus menjadi pertimbangan dalam kebijakan ini. Faktanya, keamanan siber di Indonesia berada di peringkat ke-49 di dunia menurut data dari National Cybersecurity Index (NCSI) 2023. Hal inilah yang perlu kita benahi bersama.

Kurangnya keterampilan digital di kalangan tenaga kerja dan ekonomi global juga menjadi penghalang lebih lanjut. Namun, Asia Tenggara akan terus berkembang menuju masa depan yang lebih inklusif dalam hal digitalisasi jika terus melihat hambatan sebagai peluang untuk pengembangan dan inovasi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hilirisasi digital berperan penting dalam memperluas ekonomi Asia Tenggara. Wilayah ini memiliki potensi yang besar untuk menjadi pusat inovasi dan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, terutama dengan banyaknya jumlah generasi muda dalam struktur penduduknya.

Bagaimanapun, kolaborasi antara PPPs (kemitraan antara sektor publik dan swasta) sangat diperlukan untuk mengoptimalkan potensi ini. Negara-negara di Asia Tenggara telah siap untuk mencapai kemajuan yang berarti dalam mencapai masa depan digital yang adil dan inklusif dengan menggunakan pendekatan yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun