Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Saatnya Mengangkat Sekubal dan Getuk Lampung ke Meja Sekolah

5 Oktober 2025   20:39 Diperbarui: 6 Oktober 2025   13:21 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Irisan sekubal khas Lampung, terbuat dari ketan dan santan, disajikan di atas daun pisang yang harum. (Sumber: dunialoka.id)

Lebih jauh lagi, program MBG yang berbasis pangan lokal juga mendorong ekonomi daerah. Petani ketan, pengrajin kelapa, dan penjual singkong mendapat manfaat langsung. Setiap piring yang tersaji di sekolah adalah rantai nilai yang menghidupi banyak tangan.

Agar Anak Terbiasa dan Suka

Tantangan utama tentu pada penerimaan anak-anak. Mereka mungkin lebih akrab dengan nasi, ayam goreng, atau sosis instan. Karena itu, kuncinya bukan mengganti secara tiba-tiba, melainkan mengenalkan perlahan.

Mulai dari hari tematik, misalnya “Hari Pangan Lampung”, di mana sekubal disajikan satu kali dalam dua minggu. Tambahkan cerita singkat di kelas tentang asal-usul makanan itu. Libatkan guru dan orang tua dalam prosesnya. Anak yang tahu makna di balik makanan akan lebih menghargai dan menikmatinya.

Kedua, buat tampilannya menarik. Potongan sekubal bisa dibentuk mini, getuk diberi warna alami dari ubi ungu atau pandan, seruit disajikan dalam wadah kecil seperti sambal cocol. Presentasi yang ceria akan mengundang selera makan tanpa harus mengubah esensi tradisinya.

Ketiga, terus evaluasi. Dengarkan pendapat anak: apakah mereka suka rasanya, teksturnya, porsinya? Dari situlah inovasi bisa lahir. Sekubal bisa jadi dibuat versi lebih lembut, getuk dikurangi gulanya, atau sambal seruit dibuat lebih segar.

Makan Bergizi Gratis bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan nutrisi, tapi juga tentang menumbuhkan kesadaran akan jati diri. Ketika anak-anak Lampung menyantap sekubal, seruit ringan, dan getuk di meja sekolah mereka, sesungguhnya mereka sedang belajar mencintai tanah tempat mereka berpijak.

Inilah pendidikan yang paling membumi: belajar lewat rasa, tumbuh lewat pangan sendiri. Karena pada akhirnya, piring yang bergizi tidak hanya mengenyangkan tubuh - tetapi juga menghidupkan ingatan, menumbuhkan kebanggaan, dan menanamkan cinta pada budaya sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun